24 - Seminggu bersama Indra

52 11 7
                                    

Rama Prov.

Sorot mata Rama tidak terlepas dari Nandia sejak melihatnya berjalan memasuki kantin. Kakinya ingin saja melangkah ikut duduk satu meja dengan Nandia. Tapi, gagal terjadi.

Ponsel Rama yang sengaja di biarkan tergeletak di atas meja. Benda pipih itu bergetar. Seseorang menelponnya.

Rama : hallo?
Melda : Kamu dimana?
Rama : Mau gue di mana pun bukan urusan lo.

Rama langsung memutus sambungan telpon itu. Kesal sekali jika harus di teror seperti itu dengan orang yang membuatnya risih sekarang. Waktu dulu memang dia adalah orang yang mungkin akan di perjuangkannya. Tapi tidak lagi sekarang. Segala yang ada pada Rama sudah menjadi untuk Nandia seorang. Walaupun tidak ada status yang memastikan. Tapi tidak akan menyerah buat Rama.

Sial. Wajah Rama terlihat sangat kesal. Jarak yang tidak terlalu jauh membuat Rama cukup mengerti apa yang sedang di bicarakan Nandia dan Rere saat makan.

"Dijodohin?" Batin Rama terus terasa tertusuk mendengarnya.

Apakah artinya Rama tidak bisa perjuangkan Nandia lebih?

Tetap saja mata Rama tidak terlepas dari Nandia. Rama pun paham bahwa Nandia menyadari tatapannya sedari tadi. Hingga sebelum melangkah lebih jauh Nandia masih sempat menengok ke arahnya.

Rama bangkit. Berjalan, arah langkah, pandangannya tetap tak terlepas dari Nandia. Mungkin sekarang dirinya sudah seperti detektif yang sedang menyamar. Tapi, tak taulah.

Nandia dan Rere berjalan di koridor yang tidak terlalu di penuhi siswa lain. Mungkin ini adalah mau Nandia. Rama tahu itu. Nandia tidak suka keramaian, maka dari itu mereka memilih jalan yang tidak ramai dari siswa lain.

"Nandia... " panggil Rama.

Jarak Nandia dengan Rama di belakangnya tidak terlalu jauh. Langkah kaki Rama sengaja di percepat agar dapat menyamai Nandia. Kembali Rama mendapat sial.

"Rama.." Panggil seorang cewek dari arah lapangan.

Rama berdecak. Barulah langkah kedua Rama bercepat tapi tangan cewek tersebut sudah lihainya melingkar di tangan kanan Rama. Spontan. Rama langsung mengempaskannya.

Cewek tersebut bergerutu. Bibirnya memaju bersikap manja dengan Rama.

"Apa - apaan, sih, Ini sekolah tau!" Bentak Rama selepasnya.

"Berarti kalo di luar sekolah, boleh?"

"Gila, lo, Mel!"

Rama tidak menggubrisnya. Kembali Rama mau melangkah kembali mengejar Nandia ternyata sudah kehilangan jejak. Oh, tidak seperti, kan satu kelas. Rama dengan cepat meninggalkan Melda.

...

"Lo pulang lagi sama cowok yang di jodohin itu?" Tanya Rere sembari memasukan barang - barang miliknya dalam tas.

Nandia mengangguk.

"Dia baik gak,Nan?"

"Baik banget..." Nandia memperlihatkan jajaran gigi putihnya tersebut dan melangkah keluar kelas. Meninggalkan sahabatnya satu itu yang selalu akan pulang dengan pacar kesayangannya.

Dari radius lima meter mendekati gerbang sekolah Nandia sudah melihat mobil hitam milik Indra sudah terparkir di sana. Nandia langsung memburu langkahnya agar Indra tidak menunggu lebih lama lagi.

"Hai," sapa Nandia barunya duduk di samping kursi kemudi.

"Hai,"

"Kita Nunggu adek gue dulu, ya?" Mata Indra menatap sekawanan anak - anak laki yang keluar dari gerbang sekolah.

AMBISIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang