25 ~ Pemilihan Student exchange~

123 16 1
                                    

Pagi ini Nandia sudah berdiri di depan pintu ruang guru. Ia harus menemui Pak Seto selaku waka kesiswaan dan guru yang akan membimbingnya. Semalam, setelah Nandia belajar seperti biasa sempat baginya mengecek ponselnya. Ada pesan yang di kirimkan Pak Seto.

Pak Seto.
Selamat malam,Nak. Besok pagi - pagi sekali langsung datangi ruangan saya. Karena akan membahas tentang siswa yang terpilih dalam pertukaran pelajar ke Singapura.

Hati Nandia berbunga. Bahagia sekali. Bukan tentang cinta kali ini. Tapi, Cita. Ya, wishlist di dalam buku dairy berwarna biru milik Nandia akan tercentang sekarang. Jika benar dia lah yang terpilih. Satu impian tercapai.

Nandia bersender di tembok dengan sedikit menggoyangkan kaki di lantai. Menunggu dengan rasa gembira yang tiada tara. Ini adalah kesempatan emas baginya.

"Ngapain, Nan?" Rama. Dia hadir pula di sini.

"Mau ketemu Pak Seto, Kamu?"

"Sama,"

Nandia yang menatap kakinya yang bergoyak mendadak langsung menatap Rama dengan saksama. Tidak. Nandia mengingat sesuatu.

"Berarti, kamu juga terpilih?" tebak Nandia.

"Pertukaran pelajar!" Rama menunjuk Nandia dengan gaya seorang yang baru saja berhasil menjawab soal paling membuat penasaran.

Dugaan Nandia benar, tidak salah. Kenapa ada dua? Bukankah biasanya seperti tahun tahun lalu hanya satu orang yang akan di pilih. Oh, mungkinkah ada tesnya? Baiklah kita tunggu saja apa yang Pak Seto katakan nanti.

Tak lama Pak Seto datang dengan tas laptop yang di jinjingnya. Baju kemeja biru dengan celana dasar hitam, tatanan rambut rapi yang bisa mengalihkan bahwa umur pak Seto sudah mencapai kepala lima.

"Hai, kalian sudah menunggu lama, ya? Maaf tadi cucu bapak minta di suapin dulu sarapannya jadi lama." Pak Seto mengeluarkan kunci untuk membuka pintu ruangannya. Oya, pak Seto sudah mempunyai dua cucu dari Anak pertamanya.

"Silahkan duduk!"

Nandia dan Rama duduk di sofa yang berada di ruangan ini. Ruangan ini adalah ruang kerja bagi Waka dan jajaran tinggi sekolah. Mereka duduk sembari menunggu pak Seto meletakan tas laptopnya di meja kerjanya.

"Jadi, begini." pak Seto membenarkan posisi duduknya. Menghadap dengan saksama ke arah Nandia dan Rama yang sepertinya sudah tidak sabar lagi mendengar kabar gembira.

Lanjutnya. "Pada angkatan kalian, sudah terpilih kandidat yang akan di berangkatkan ke Singapura untuk tuhas pertukaran pelajar sekolah kita di sana. Sejujurnya, ada tiga kandidat yang terpilih berdasarkan nilai, sikap,  dan absensi. Yang terpilih adalah Nandia Purmanandi, Ramadhani Fadzira dan Algerban Zehian. Namun, saat saya hubungi Algerban tadi malam dia bilang kepada saya malah akan pindah ke Singapura karena mengikuti pekerjaan orang tuanya, so,  tinggal kalian berdua kandidat yang tersisa."

Nandia dan Rama saling menatap sekilas. Mendengar kembali dengan seksama penjelasan Pak Seto yang belum selesai.

"Terpilih sebagai siswa pertukaran pelajar tidaklah mudah, harus melewati beberapa tahapan yang sangat ketat. Bapak harap kalian mampu dan dapat bersaing dengan baik. Terlebih, hanya satu oranglah yang terpilih untuk di berangkatkan."

Nandia dan Rama berjalan di koridor.  Mereka saling fokus dengan pikiran masing - masing. Rival. Tepat sekali. Mungkin kata yang tepat untuk mereka berdua adalah itu. Impian mereka sudah di depan mata. Hanya mungkin ada satu langkah lagi untuk menjadi nyata.

Langkah mereka masuk ke dalam perpustakaan. Setelah perbincangan dengan Pak Seto tadi mereka di suruh untuk ke perpus untuk mengambil buku buku yang di perlukan. Memilih salah satu buku dan duduk bersampingan di meja sekat yang berada di dalam perpustakaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AMBISIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang