19 ~ Masa lalu ~

77 18 0
                                    

Nandia's

Hari senin. Rutinitas seperti biasa baik dilakukan di SMA Merpati ataupun sekolah manapun. Berbaris dengan rapi dengan seragam Putih abu-abu. Dasi yang tak kalah rapi. Sepatu hitam tak lupa kaos kaki putih setinggi betis. Beserta topi. Kegiatan ini berlangsung hikmat. Yaitu Upacara.

Pak Banu selaku kepala sekolah SMU Merpati sedang berdiri sebagai pemimpin upacara pada hari ini. Beberapa sambutan beserta topik yang akan disampaikannya pun menambah durasi pada amanat upacara hari ini.

Bisik riuh mulai terdengar dari barisan belakang karna matahari pagi  ini tampak bersemangat. Peluh keringat pun membasahi mereka yang masih terkesiap mengikuti upacara bendera.

"Pura - pura pingsan biar bapak itu cepet selesai." ucap bisik-bisik seorang murid pria yang berdiri disamping Nandia.

"Lo aja bego!" balas teman didepannya.

Setelah tiga puluh menit akhirnya Pak Budi menyelesaikan amanatnya. Dengan berjalan singkat berakhirlah upacara bendera pada senin hari ini.

"Nan."

"Nan. "

Yang dipanggil pun sibuk mencari sumber suara.

Sehabis dikomandokan untuk bubar jalan Nandia langsung berjalan tanpa memikirkan apapun. Bahkan ia sampai lupa jika Rere meminta diantarkan ke kantin sehabis upacara ini.  Kakinya yang pegallah menuntunnya untuk segera kembali ke kelas.

"ya." Nandia kedapatan Rere yang sedang mengusap keringat di keningnya.

Mereka berdua langsung berjalan dikerumunan siswa siswi yang telah bubar dari upacara. Menuju kantin adalah banyak pilihan bagi mereka. Menyerbu minuman segar disana untuk melepas dahaga.

Rere langsung mengambil dua botol minuman berperisa jeruk dari kulkas salah satu penjual di kantin.

"Abis berapa bu?" Tanya Rere sekaligus menunjukan dua botol minuman yang di ambilnya.

"Sepuluh ribu." Rere menyerahkan uang lembaran berwarna coklat kepada penjual tersebut.

Rere memberikan satu botol kepada sahabatnya yang telah setia mengantarnya kekantin. "Untuk gue?"

Rere menaikkan salah satu alisnya. "Gak mau?"

Tanpa ba bi bu Nandia langsung mengambil botol tersebut. Mereka kembali berjalan dikoridor kelas.

Rere menghentikan langkahnya saat mereka berada di koridor ruang kesenian. Matanya membelalak mengarah kepada dua orang yang berdiri tak jauh di depan mereka.

"Iss apaan sih lo berhenti mendadak."dengus Nandia yang kaget karna ulah Rere.

"lo gak liat?"

"Apa?" tanya Nandia bingung. Matanya mengikuti intruksi mata Rere ke arah dua orang yang tak jauh di depannya.

Seorang perempuan blasteran. Berambut panjang yang di urainya. Memiliki proporsi tubuh yang tinggi, dimana lelaki yang melihatnya pasti langsung terpikat dengannya.

Perempuan yang tidak tau namanya itu sepertinya sedang berbincang dengan Rama. Karna tampak jelas tangan Rama yang di pegangi oleh perempuan itu.

"Sama siapa tuh Rama?" Rere menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Anak baru? Tapi udah pegangin tangan Rama aja. Temennya? Sahabatnya? Atau Pacarnya." Mata Rere membelalak ke arah Nandia yang berusaha menetralkan pandangan yang tak nyaman baginya.

"Mau kenalan?" Tawar Nandia.

"Oo-M-G." Rere menggeram kembali membelalakan matanya gemas. "Lo mau samperin mereka, terus mau kenalan."

AMBISIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang