4 ~AMBISIUS~

218 32 2
                                    

Sejauh ini gue gak pernah fikir kalo dia ada rasa sama gue.
...

"Uyyy..."

"Hmm.." Nandia cukup malas untuk meladeni Rere yang baru saja datang setelah dari wc.

"Kenapa sih Nan? Cerita dong sama gue." Ucap Rere sambil mengeluarkan ponsel
dari tasnya.

"Sejauh ini gue gak pernah fikir kalo dia ada rasa sama gue." Nandia brpagku tangan dengan wajah memelasnya.

"Dia siapa Nan?"

"Nan!" Suara seorang cowo yang menghampiri meja dipojok cafe tempat Nandia dan Rere duduk.

"Rama." Rere kaget mengetahui Rama menghampiri meja mereka.

"Hai Re.." sapanya dengan senyum simpulnya.

"Sorry ya Nan, pasti tadi elo pergi karna ada temen gue tadi ya?" Rama yang langsung duduk disamping Nandia tampak tak enak dengan kejadian tadi di toko buku.

"Enggak kok.. tadi tuh gue pergi karna dia nih." Nandia langsung menunjuk sahabatnya satu ini.

"Hehe.. iya Ram. Gue tadi yang suruh Nandia kesini. Abis gue lagi bete jadi perlu temen gitulah.." Rere dengan cerita panjang lebarnya itu menjelaskan detail kejadiannya.

"Bagus deh. Kira gue elo marah Nan." Senyuman merekah dari wajah tampan Rama.

"Enggak kok tenang aja."

Nandia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Menghidupkanya dan mulai menyentuh nyentuh layar ponselnya. Rere dan Rama tengah sibuk dengan cerita mereka. Namun sesekali Rama melirik Nandia yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Nan!" Panggil Rere.

"Nandia." Panggil Rama halus.

"Ohh hmmm.." Nandia tersentak kaget dan langsung melihat kepada dua orang dihadapannya.

"Sibuk amat sih elo?"

"Enggak kok."

"Terus dari tadi lo ngapain liatin hp terus?"

"Pacar yaa?" Rama langsung menyeploskan kata itu.

Rere tertawa tak henti mendengar Rama mengatakan hal tersebut kepada sahabatnya itu.

"Elo kenapa Re kok ketawa?" Tanya Rama heran.

"Yaa itu elo Haha.. Nandia punya pacar?" Rere masih dengan tawanya yang tak kunjung henti.

"Udah Ram. Jangan dengerin Rere maklum obatnya belum minum sih dia."

"Enak aja elo. Kira gue sakit gitu." Protes Rere pada Nandia. "Ram, kata elo itu pacar? Elo salah besar."

"Salah gimana Re?" Tanya Rama yang sedikit penasaran.

"Nandia itu gak pernah kepikiran soal pacar. Soal cowo yang suka sama dia aja gak kefikir, Ram." Jawab Rere seenaknya.

"Jadi itu bukan pacar Nan?" Tanya Rama.

"Bukan." Jawab Nandia singkat dan langsung kembali fokus ke ponselnya.

"Bukan kali Ram. Paling juga yang dia liat itu materi atau soal-soal Ujian." Jelas Rere.

"Oh gitu"Rama mengangguk tanda mengerti.

"Tapi yang jelas Nandia pernah suka sama orang, tapi karna ngerasa dikecewain dan buat dia sekarang jadi gini deh." Cerosos Rere.

"Ree.. gak usah ungkit lah." Mata Nandia langsung menatap satu sahabat tercintanya ini agar tidak menceritakan lebih lanjut.

"Iya iya tuan putri."

"Pulang yuk!" Ajak Nandia yang langsung berdiri. Mereka bertiga pun berdiri untuk bergegas pulang karna sudah menunjukan sore hari.

...

Nandia menatap langit dari atas loteng kamarnya. Berdiri kearah langit sambil memejamkan mata. Dan merasakan semilir angin malam favorit Nandia.

Masih terbayang kata- kata Raka tadi siang dibenak Nandia. Bingung? Ya Nandia bingung harus apa setelah Raka bilang seperti itu padanya. Jujur Nandia sebelumnya tidak merasakan sesuatu rasa pada Rama.

Nandia perlahan membuka matanya. Berjalan kedalam kamarnya. Membaringkan tubuhnya pada kasur atas seharian lelah dengan seluruh kegiatan yang dia lakukan. Malam ini Nandia terlihat malas membuka buku pelajaranya. Tak seperti biasa ia sangat bersemangat.

Dengan memeluk guling kesayangannya Nandia mulai memejamkan matanya. Melupakan hal yang telah terjadi dan mulai terlelap dalam tidur malamnya.

***
Tinggalkan kritik dan saran
Jangan lupa vite and comment

AMBISIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang