12 ~Tantangan Baru~

118 20 1
                                    

Semua adalah bagian rencana Tuhan untuk mendekatkan dia denganmu.

*** 

Matahari sudah memperlihatkan cahayanya. Pagi ini matahari terlihat begitu semangatnya hingga cahayanya terasa sangat cerah. Teriknya sudah meneteskan keringat dikening Nandia.

Pagi ini adalah jadwal petugas upacara dari kelas X 2. Tugas dibagi sesuai kemampuan murid kelas X2. Nandia dan Rere hanya dibagian paduan suara menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu wajib. Sedangkan temannya yang lain ada bertugas menjadi Mc, pembaca UUD1945, pembawa Naskah Pancasila dan lainnya.

"Kali ini kembali ingatkan, Jika dua minggu yang akan datang akan diadakan Ujian Akhir semester genap. Oleh sebab itu, seluruh siswa diharapkan segera melunasi uang Spp." Ujar Kepala Sekolah dalam nasehat Upacara.

Semua murid yang mendengar hanya mengangguk, sebagai singkat jawaban. Ada pula beberapa menjawab "iya pak."

"Waktu sudah semakin panas. Bapak akhiri sekian dan terimakasi. Wassalamualaikum." Pak Zul selaku kepala sekolah mengakhiri Nasehat dalam upacara kali ini.

Upacara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu wajib Nasional. Dan hingga diselesaikan dengan hikmat. Upacara hari ini berjalan dengan lancar. Tugas yang diemban oleh kelas X2 sudah diselesaikan.

Semua petugas tak langsung kembali kekelas, mereka langsung duduk beristirahat dilapangan. Mereka diberikan waktu 10 menit dari guru jam pelajaran pertama untuk beristirahat. Memanglah pelajaran Pak Jhone itu mengasikkan. Guru yang sangat santai mengajarnya, selalu melawak dikelas dan tak menyibukan soal Remedi. Surga dunia.

Nandia meneguk air mineral yang diberikan oleh Rere. Satu gelas mineral terasa kurang setelah bernyanyi dipanasnya seperti ini. "Re satu lagi sih! Gue masih haus."

Rere menoleh kanan kiri siapa tau air yang dusediakan masih tersisa. Tapi tak ada hasil. "Abia Nan."

"Yah."

"Ni." Rama langsung duduk dihadapan Nandia dan memberikan satu gelas air mineral.

Tanpa fikir panjang Nandia langsung meneguknya. "Makasih Ram."

"Woke."

"Woi." Kak Ravin datang menghampiri Rama yang duduk dilapangan.

"Ram lo dipanggil Pak Yudi dikantor sama pasangan lo yang kemaren menang LCT pas hari kartini." Kak Ravin langsung ikut duduk dirombongan perugas upacara.

"Iya, yuk Nan?" Ajak Rama.

"Gue baru dateng kok Adek emes udah mau pergi aja?" Tanya Kak Ravin yang menatap Nandia ingin berdiri.

"Modus aja Ka Ravin." Ejek Rere.

"Selagi modus belum dilarang Re, iya gak?" Kak Ravin mengedipkan mata sebelah kearah Nandia.

"Yuk Ram." Nandia sedikit dibuat salah tingkah oleh Kak Ravin. Ia langsung menggandeng tangan Rama meninggalkan lapangan.

"JANGAN GANDENG RAMA TERUS NANTI GUE CEMBURU NAN." Kak Ravin berteriak seperginya Nandia dan Rama.

Nandia mempercepat langkah jalannya supaya tidak mendengar apa yang barusan diucapkan Kak Ravin. Wajahnya kini mulai memerah.

"Lo salting Nan?" Tanya Rama.

Nandia tidak menjawab pertanyaan konyol Rama.

Lo kenapa kasih pertanya menjebak gitu sih Ram?. Gerutu Nandia dalam hati.

AMBISIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang