♧DUAPULUHTIGA♧

8.5K 363 6
                                    

☆HAPPY READING GUYS☆
!WARNING TYPO!

Author POV

Sesuai dengan perkataannya saat sarapan tadi. Bara saat ini sedang berada di ruangan Arkan atau lebih tepatnya ruang kepsek. Diruangan itu juga ada Pak Coki yang sedang duduk dengan tenangnya tanpa bersalahnya.

"ekhem, saya mau tanya, bapak tau nggak kenapa saya penggil kesini?" tanya Bara sebagai permulaan.

"saya tidak tau, Pak," jawab Pak Coki.

Kemudian Bara memberikan sebuah map kepada Pak Coki, "silahkan dibuka dan dibaca terlebih dahulu Pak, agar Bapak tau kenapa anda dipanggil ke sini bukan hanya murid saja yang bisa dipanggil ke ruang kepsek karena masalah, guru juga bisa."

Setelahnya, Pak Coki membuka dan membca isi dari map. ekspresi yang semula bingung dan tenang menjadi kaget dan takut, mungkin karena perbuatannya itu sudah terbongkar.

"Pak, ini semua salah paham saya dijebak dan disuruh untuk melakukan ini semua, bapak harus percaya sama saya pak. Mungkin saja kepsek baru itu yang melakukannya Pak, secara sejak ada dia kasus seperti ini baru ada terjadi sedangkan saya yang sudah bertahun-tahun disini dan tidak pernah ada kasus seperti ini," jelas Pak Coki mencoba membela diri.

"Tetapi sayangnya saya lebih percaya kepada kepsek baru yang kamu sebut tadi, kepercayaan ditentukan bukan dari lamanya kita kenal tapi bagaimana orang itu menjaga kepercayaan yang telah kita berikan. orang yang telah lama kita kenal juga bisa menjadi seorang pengkhianat ya seperti bapak ini contohnya," jelas Bara dengan sederhana namun sangat tepat.

"udah si Pak tinggal ngaku udah ada buktinya juga, jangan terlalu membelit-belitkan masalah nanti hukumannya tambah berat loh," celetuk Arkan yang sedari tai hanya diam menonton di kursinya.

"Diam kamu sialan," Pak Coki yang sudah emosi dan takut pun mengumpat kepada Arkan.

"Saya siarkan pak bukan sialan," balas Arkan dengan santainya.

"Sudah jangan diteruskan, jadi pak seperti kata Arkan sebaiknya bapak langsung mengaku saja lah,"

"Assalamualaikum, everybody," tiba-tiba saja seseorang membuka pintu dan langsung menyelonong begitu saja kedalam ruangan.

"eh ada daddy, lagi apa, Dad? mau mecat si tikus yah Dad? pecat aja Dad sekalian buat menderita sama keluarga keluarga nya, seenaknya aja udah bikin Uncle Arkan menderita mereka juga harus lebih menderita dong," cerocos orang itu yang ternyata, entah sadar atau tidak adanya Pak Coki, Gea lansung saja bergelayut di lengan Bara sambil terus berbicara.

"kamu Gea kan? anak beasiswa yang miskin itu, ngapain kamu disini? kamu jadi simpenannya Pak Bara? Gak sadar diri banget kamu, udah miskin, jelek, simpenan lagi, dasar murahan," hina Pak Coki tanpa tahu kebenarannya yang membuat Gea syok dan Bara dan Arkan murka.

"JADI BEGINI KELAKUAN BAPAK DISEKOLAH, DETIK INI JUGA BAPAK SAYA PECAT," murka Bara.

"loh kok saya dipecat? apa karena simpenan bapak yang nyuruh? ya benar dong saya mengingatkan dia, sedangkan bapak malah menjadikan murid sendiri simpanan," Pak Coki yang sekarang tak terima dirinya dipecat pun semakin menyulut emosi Bara dan Arkan.

"KURANG AJAR SEKALI BAPAK MENUDUH KAKAK SAYA MEMPUNYAI SIMPANAN DAN MENYEBUT DIA SEBAGAI MURAHAN, BAPAK TIDAK SADAR DIRI SEKALI," murka Arkan dan sudah mencengkram kerah kemeja Pak Coki.

BECAUSE ONE NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang