Dua

6.5K 563 195
                                    

Jemari pria itu mengusap tubuh pria yang berada di depannya dengan lembut, memberikan sensasi yang aneh pada pemilik tubuh yang kini tengah dia jelajahi, jemari Singto bergerak seolah menggelitik pada kulit telanjang Krist, hingga remaja yang kini mendudukan dirinya pada pangkuan pria yang lebih tua darinya itu hanya menggerakkan tubuhnya dengan tidak tenang, ketika salah satu jemari Singto kini memilin nipple remaja manis itu.

Sedangkan bibir Singto mulai menjelajahi tengkuk Krist, memberikan sedikit kecupan kecupan kecil dan singkat di sekitar sana, membuat Krist melenguh nikmat.

Tiba-tiba remaja manis itu bangkit begitu saja dari pangkuan kekasihnya. Lalu menatap ke arah pria yang lebih tua darinya itu sambil tersenyum manis, Krist membalikan tubuhnya sebelum mendudukkan lagi dirinya di atas pangkuan Singto.

"Seperti ini lebih baik, aku tidak bisa menatapmu."

Krist melingkarkan tangannya pada leher kekasihnya, lalu mencium bibir Singto. Hanya membiarkannya menempel begitu saja, sebab setelahnya Singto yang mengambil alih hal itu, menyesap bibir merah muda Krist yang bagaikan sebuah candu untuknya, mengecap rasa manis yang di tawarkan oleh remaja manis itu, seperti tidak akan pernah ada lagi hari esok untuk menikmatinya.

Bibir Singto turun ke bawah menjelajahi leher putih pria manis itu, lalu bermain dengan sesuatu yang berbentuk bulatan kecil berwarna kemerahan yang berada pada dada kekasihnya itu.

"Daddy ... Pel--lan ... Pelan ...."

Tetapi Singto tidak mendengarkannya dan terus menghisap nipple Krist, hingga tangan Krist mencengkram erat rambut pria itu dan menekankan kepala Singto semakin mendekati dadanya.

Singto menatap wajah Krist yang memerah dan mata remaja manis itu yang kini menatapnya dengan pandangan sayu di selimuti oleh gairah.

"Mau melakukannya di sini atau di kamar?"

"Di kamar terlalu lama, aku sudah tidak bisa menahannya lagi."

Tangan Singto turun ke bawah air yang merendam tubuh keduanya, meraih sebuah benda panjang yang sudah menegang sangat keras di bawah sana, lalu menggerakkan tangannya dengan pelan di bawah sana.

Krist mencengkram erat bahu Singto dengan kedua tangannya, sambil memejamkan matanya, sembari mengeluarkan desahan demi desahan yang terdengar sangat menggoda untuk Singto. Pria itu meletakan kedua tangannya pada pinggang Krist lalu mengangkatnya sedikit ke atas, sebelum salah satu tangannya meraih kemaluannya yang sudah menegang dan mengeras dari dari ke dalam titik paling sensitif di dalam tubuh Krist, pria itu menempelkan ujung kemaluannya di depan hole Krist, hingga pada saat Krist menekankan tubuhnya ke bawah, milik Singto bisa langsung memasukinya meskipun dengan sedikit paksaan.

"Eughhh...."

"Apa sakit?"

"Sedikit."

"Bergeraklah."

Bisik Singto pada remaja manis itu, sambil mengecup bibir Krist. Sebuah senyuman manis langsung terukir  begitu saja di wajah pria manis itu dengan sendirinya.

Krist perlahan-lahan menggerakkan pinggulnya dari atas ke bawah dengan terus berulang sambil matanya menatap ke arah kekasihnya yang kini juga tengah menatap ke arahnya.

Entahlah mungkin Krist terlihat murahan saat ini memberikan tubuhnya pada pria itu, membiarkan pria itu memilikinya dan juga melakukan apapun padanya, Krist menganggap itu sebagai bentuk terima kasihnya karena pria itu selalu ada untuknya.

Di saat Krist kesusahan dan membutuhkan bantuan, Singtolah orang pertama yang selalu membantunya tanpa Krist minta. Bahkan selalu membuang waktu berharganya hanya untuk menemani Krist, sementara kedua orangtuanya saja tidak pernah sekalipun bersikap seperti yang Singto lakukan padanya. Mungkin jika Krist tidak kembali lagi ke rumah mereka tidak akan mencari keberadaan krist, yang mereka pikirkan hanyalah diri mereka sendiri, beserta perkejaan mereka, tidak sekalipun pernah melirik ke arah Krist, menanyakan kabarnya saja tidak pernah, mereka berbeda dari seorang pria yang berada di hadapannya saat ini.

[18]. Me Et Illum [ You're Mine ] [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang