Krist melambaikan tangannya ke arah Singto yang baru saja pergi setelah mengantarkannya untuk pulang, dengan langkah gontai Krist perlahan memasuki rumahnya, hanya tiba-tiba saja perutnya terasa seperti mual dan bergejolak aneh, membuat remaja itu membungkam mulutnya sendiri dengan telapak tangannya, dan cepat-cepat mengambil kunci rumahnya yang ada pada saku seragamnya hanya saja ketika Krist berusaha membuka pintu rumahnya, nyatanya pintu itu terkunci dengan cepat Krist berlari masuk ke dalam, menuju kamar mandi yang berada di lantai bawah rumahnya, karena merasa jika ada sesuatu yang tengah mencapai tenggorokannya sekarang, meminta untuk di keluarkan olehnya.
Hingga akhirnya remaja itu mengeluarkan semua isi perutnya di dalam closed, Krist bahkan merasakan jika dirinya terus-menerus merasa mual padahal Sepertinya isi perutnya sudah kosong, remaja itu menuju wastafel kecil di dalam sana, lalu membuka keran air dan menadahi air itu mengunakan kedua telapak tangannya sebelum memasukannya ke dalam mulutnya untuk berkumur, karena Krist merasa jika ada rasa pahit yang kini menyebar di tenggorokannya.
Di basahinya wajahnya sendiri, kemudian mengelapnya perlahan mengunakan beberapa lembar tisu. Krist mencoba menormalkan ekspresi nya karena tadi dirinya melihat jika ayahnya ada di rumah, Krist tadi melewatinya begitu saja, karena sudah tidak bisa menahannya lagi.
Setelah selesai Krist langsung keluar dari dalam kamar mandi, dan berjalan menuju ke arah kamarnya, dia ingin beristirahat sekarang, karena Krist merasa sangat lelah, duduk seharian di kelas itu membuatnya jenuh dan mengantuk.
Krist meletakan tas ranselnya di atas tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang terasa sangat lembut hingga mengundangnya untuk memejamkan matanya ketika tubuhnya merasa nyaman, hanya saja sebuah ketukan pintu yang tiba-tiba terdengar itu membuat Krist membuka kelopak matanya dengan berat hati, lalu terpaksa bangkit dari tempat tidurnya, dan berjalan ke arah pintu kamarnya.
Seseorang yang pertama kali di lihatnya membuat Krist sedikit merasa takut, "Pho...."
Pria paruh baya itu hanya menatap Krist dengan tajam seperti Krist sudah melakukan kesalahan yang besar saja sekarang.
"Dimana kau menyembunyikannya?"
"Menyembunyikan apa?"
Tanya Krist tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh ayahnya, memang Krist menyembunyikan apa?
"Kau yang masuk ke dalam kamar Pho, dan mencuri uang kan?"
Dengan cepat Krist menggelengkan kepalanya, "Tidak, Krist tidak melakukan nya."
"Lalu jika bukan kau siapa lagi yang melakukannya? Apa uang yang Pho berikan itu kurang sampai kau mencuri? Darimana kau mendapatkan ajaran seperti itu?"
"Tidak, Sungguh Krist tidak mencuri apapun."
"Jangan berbohong! Lebih baik kau mengaku, jika tidak lihat saja nanti sampai Pho menemukan buktinya."
"Krist tidak pernah melakukan hal seperti itu, Krist tidak mencuri apapun."
"Lalu siapa? Apa uang itu bisa berjalan sendiri? Kau ke manakan? Pasti kau membeli sesuatu yang tidak baik dengan itukan?"
Lagi-lagi Krist menggelengkan kepalanya, "Tidak."
"Minggir! Jika kau tidak mau mengaku lebih baik minggir biar Pho sendiri yang mencari buktinya disini."
Tangan Krist memegangi lengan ayahnya, tetapi pria paruh baya itu menepisnya dan mendorong Krist agar menjauhinya. Hingga Krist hanya bisa terdiam di ujung ruangan melihat ayahnya menggeledah kamarnya, dan juga barang-barangnya. Padahal Krist berkata dengan jujur jika dia tidak pernah mengambil apapun, tidak pernah sekalipun Krist mencuri, tetapi kenapa ayahnya tidak percaya dengan apa yang dia katakan, Krist tidak seberani itu sampai harus mencuri uang ayahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[18]. Me Et Illum [ You're Mine ] [ Krist x Singto ]
Fanfiction[ COMPLETED ] Blurb : "Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah melepaskanmu." - Singto Prachaya. "Aku juga, karena kau milikku."- Krist Perawat. Warning!! cerita ini mengandung unsur Yaoi / BoysLove / Boyxboy.