Sepuluh

3.5K 370 20
                                    

Pemilik kelopak mata itu mengerjapkan dirinya beberapa kali, sebelum matanya terbuka sepenuhnya. Remaja yang tidak lain adalah Krist itu menatap sekelilingnya dengan pandangan meneliti, mencoba mengumpulkan ingatannya tentang apa yang terjadi padanya sebelumnya, hanya saja Krist justru menjadi bingung sendiri karenanya.

Remaja itu memegangi kepalanya yang sedikit pusing dan juga berdenyut-denyut, Krist meraba kain kasa yang terasa sedikit kasar pada permukaan kulit jarinya itu. Membuatnya mencoba mengingat lagi apa yang terjadi, hingga dirinya ingat kalau sebelum ini Krist terjatuh dari jalan setapak, karena merasa kesal pada Singto yang terus saja menggodanya.

Di lihatnya ke arah bawah dengan perlahan, menatap seseorang yang kini tengah menggengam tanganya, menatap wajah seseorang yang saat ini tengah memejamkan matanya.

"Daddy...."

Krist berdehem ketika mendengar suaranya menjadi serak dan terdengar aneh, rasanya juga tenggorokannya kering, hingga membuatnya sedikit tidak nyaman.

"Daddy...."

Perlahan Singto membuka matanya ketika merasakan ada seseorang yang mengguncangkan bahunya dengan sangat pelan.

"Kit sudah sadar?"

"Kit bahkan bisa berbicara Daddy."

"Apa ada yang sakit? Kit baik-baik sajakan?"

Remaja itu menggangukan kepalanya, "Tidak apa-apa, hanya kepala kit pusing." Krist melihat jika Singto terlihat sedih, "Daddy, kenapa?"

"Tidak, Daddy hanya khawatir padamu."

Tangan Krist balas menggengam tangan Singto yang  lebih dulu menggengamnya itu, "Kit tidak apa-apa, asal Daddy selalu bersama ku."

Singto menggangukan kepalanya pelan, "Daddy tidak akan pergi meninggalkan mu."

"Aku haus."

"Mau minum?"

"Iya, bisa tolong bantu kit?"

Dengan hati-hati Singto membantu Krist untuk duduk, dan mengambilkan segelas air mineral lalu membantu Krist meminumnya perlahan-lahan. Setelah itu membaringkan lagi tubuh remaja manis itu.

"Daddy...."

"Apa?"

"Bisa tidak kit keluar dari sini? Aku bosan disini, bagaimana jika kita berjalan-jalan saja."

"Tidak bisa, kit harus istirahat."

Mendengar itu Krist langsung mengeluarkan wajah kecewanya, berada di sini sebentar saja sudah membuat Krist merasa lelah, seperti ada sesuatu yang mengurungnya, Krist tidak suka di kurung ataupun di kekang, karena dia bukan orang yang pendiam.

"Daddy...."

Rengek Krist, sambil menguncangkan lengan Singto pelan, agar pria itu mau menuruti apa yang Krist inginkan, bisa-bisa nanti waktu liburannya di habiskan disini, itukan tidak asik, Krist hanya punya waktu 4 hari untuk berada di sini, itupun karena dia memohon pada Singto, sebab pria itu tidak mau dirinya membolos sekolah, tetapi mana mungkin mereka liburan hanya satu hari bukankah itu sama saja bohong.

"Istirahatlah sampai nanti siang, setelah itu kita bisa keluar dari rumah sakit."

Krist langsung berseru senang mendengarnya, dan menampilkan senyuman paling manisnya pada Singto.

____________

Keduanya saling bergandengan tangan di tengah hembusan angin yang menerpa keduanya, bahkan suara-suara deburan ombak itu sangat terdengar dengan jelas pada pendengaran keduanya.

[18]. Me Et Illum [ You're Mine ] [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang