Duapuluh tiga

3.3K 342 99
                                    

Tetesan air hujan yang kini membasahi permukaan tanah di hadapannya itu menjadi pusat perhatian Krist, daritadi remaja itu hanya diam membisu dan menatap apa yang ada di hadapannya dengan pandangan kosong. Tidak memperdulikan hawa dingin yang saat ini menyelimutinya, Krist mengabaikannya, dan justru meletakan kepalanya pada tiang penyangga gazebo di sebelahnya dengan lemas, membuat beberapa tetesan air memantul ke arahnya hingga membasahi lengannya.

Derap langkah basah seseorang yang tengah berjalan di atas rumput yang basah tergenang oleh air itu tertangkap oleh pendengaran Krist. Remaja itu menatap Singto yang kini mencoba untuk menghampirinya, dengan sebuah payung di tangannya untuk menamengi tubuhnya dari guyuran hujan.

"Sayang, kenapa disini? Ayo, masuk. Disini dingin."

Krist menggelengkan kepalanya, "Kit masih mau disini Daddy."

"Tapi sedang hujan, udaranya sangat dingin."

"Aku tahu, aku suka dingin."

Karena Krist tidak mau pergi juga meskipun Singto sudah membujuknya, akhirnya pria itu mendudukkan dirinya di samping Krist, merengkuh tubuh Krist untuk masuk ke dalam dekapannya. Sedangkan Krist yang merasakan pelukan hangat seseorang itupun, hanya bisa menyandarkan kepalanya pada dada bidang kekasihnya itu.

"Daddy, lihat belakangan ini kit selalu murung, ada masalah apa sayang?"

"Tidak ada, aku hanya ... Mungkin ini karena baby, aku hanya agak sensitif dan pemikir saja."

"Benarkah seperti itu?"

"Iya, Daddy."

Singto membawa tubuh Krist sedikit bergeser ke dalam gazebo itu, karena tahu jika air hujan membasahi remaja manis itu, hanya saja Krist tetap tidak mau pergi dari sana. Singto agak cemas dengan keadaan Krist, tidak tahu kenapa sebabnya anak itu berubah menjadi sedikit pendiam, dan selalu melamun di waktu-waktu tertentu, ketika Singto bertanya Krist selalu menjawab jika dirinya tidak apa-apa, meskipun Singto sadar jika ada yang coba di sembunyikan oleh Krist darinya.

Tiba-tiba saja Singto merasakan jika ada tangan hangat seseorang yang menggengam tangan dengan erat, Krist mendekapnya di dadanya, sambil menyandarkan kepalanya di bahu kokoh Singto.

"Kemarin aku pergi ke rumah sakit bersama P'Plustor."

"Ya, Daddy tahu. Daddy yang menyuruhnya untuk mengantarkan mu, sayang."

"Bukan itu."

"Lalu apa?"

Bibir Krist mencebik, lalu mengarahkan tangan Singto pada perutnya, menempelkannya di sana. Singto yang merasakan hal itu langsung menengokan kepalanya ke arah Krist, bingung dengan apa yang coba di katakan oleh remaja itu. Namun Krist hanya tersenyum manis ke arah Singto,sebelum mengecup bibir pria itu dengan singkat.

"Kita akan mempunyai seorang anak perempuan."

"Benarkah? Kenapa kit baru mengatakannya sekarang?"

"Aku lupa, dan baru ingat sekarang. Jika aku belum mengatakannya pada Daddy."

"Tidak apa-apa."

"Daddy tidak suka? Apa Daddy suka anak laki-laki?"

Singto menggelengkan kepalanya, "Daddy menyukainya, laki-laki atau perempuan itu sama saja, yang terpenting dia adalah anak kita berdua."

"Memang anak siapa lagi? Aku tidak pernah berselingkuh dengan siapapun."

"Siapa yang menuduh kit berselingkuh memangnya?"

"Tidak ada, kit hanya memperjelasnya saja. Siapa tahu nanti anak kita berwajah berbeda, aku jadi takut."

"Berwajah berbeda bagaimana?"

[18]. Me Et Illum [ You're Mine ] [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang