"Berhenti merokok."Seru Singto sambil menatap Krist tajam, tetapi yang di tatapnya itu justru menampilkan wajah tidak bersalahnya, sama sekali pada Singto.
"Aku tidak merokok, hanya saja kemarin rokok itu yang memanggilku hisaplah aku, hisap aku seperti itu Daddy."
Singto menggelengkan kepalanya Tidak percaya pada Krist yang sudah salah masih saja mengelaknya, bahkan sekarang Krist justru menyalahkan rokok yang tidak bersalah.
"Itu sama saja."
"Tidak, akukan tidak membelinya, dia yang datang padaku dengan sendirinya." Krist menyergir ke arah Singto, sambil memakan coklat di tangannya, "lagipula siapa yang mengatakan nya? Apa kakek Off?"
"Kakek Off?"
"Ya, aku memanggilnya paman, tapi dia berkata agar aku tidak memanggilnya dengan seperti itu, jadi kit memutuskan memanggil nya kakek."
"Lalu Gun?"
"Gun terlalu imut untuk ukuran menjadi istri si kakek sepertinya, dia masih telihat kecil, tapi sebenarnya tua."
"Kau itu selalu bisa menghina orang lain."
"Habis mulutnya ember sekali, dan juga dia berkata jika aku tidak boleh memanggil daddy dengan sebutan daddy" Krist mengerucutkan bibirnya dengan lucu, "padahal Gun memanggilnya Papii."
"Kit iri?"
"Tidak, lebih bagus Daddy dari pada Papii. Nanti kakek Off bisa besar kepala, karena menyangka kita mengikuti dia. Lagipula aku sebal karena dia memberitahu daddy, tentang rokok."
"Kit, bukan Off yang memberitahu daddy."
"Lalu daddy tahu dari mana?"
Tanya Krist heran dengan hal itu, darimana Singto tahu jika Krist habis menghisap rokok, jika tidak ada orang lain yang mengadu padanya.
"Dari sini."
Tangan Singto menunjuk bibir Krist, membuat Krist merutuki dirinya sendiri karena lupa akan hal itu, pasti Singto mencium aroma rokok ketika mereka berciuman kemarin, untung saja Singto marahnya baru sekarang, bukannya kemarin, bisa-bisa hancur sudah segalanya.
"Kit tidak akan mengulanginya lagi daddy."
"Janji?"
"Iya."
"Bagaimana jika kau berbohong?"
Kenapa Krist sekarang menjadi seperti anak kecil yang sedang di interogasi ayahnya sendiri, jika dia melanggar akan mendapatkan sebuah hukuman. Bukankah itu mengerikan.
"Tidak tahu, kit tidak mau mengatakan apapun. Daddy kit ini anak baik, jadi tidak suka di hukum."
"Anak baik dan tidak suka di hukum? Siapa yang selalu berkelahi dengan orang lain bahkan--"
Ucapan Singto terhenti ketika merasakan jika Krist menyumpalkan sesuatu ke dalam mulutnya, "Krist!"
"Habis daddy cerewet." Tetapi kemudian Krist mengecup bibir Singto dengan pelan, "tapi aku menyukai nya."
Singto tersenyum ke arah Krist, lalu mengecup pipi remaja manis itu dengan lembut, membuat Krist langsung memeluk kekasihnya itu.
.
.
.
"Kenapa kau berjalan dengan aneh?"
Tanya Gun yang tiba-tiba saja datang, dan mengagetkan Krist yang tengah meminum pink milk di tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[18]. Me Et Illum [ You're Mine ] [ Krist x Singto ]
Fanfiction[ COMPLETED ] Blurb : "Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah melepaskanmu." - Singto Prachaya. "Aku juga, karena kau milikku."- Krist Perawat. Warning!! cerita ini mengandung unsur Yaoi / BoysLove / Boyxboy.