Keesokan harinya, ketika Singto membuka matanya, yang di dapatinya hanyalah sebuah kekosongan, tentu saja itu membuat Singto sedikit kaget, tetapi beberapa saat kemudian, Singto berpikir jika mungkin saja Krist tengah ada di dalam kamar mandi.
Hingga pria itu memosisikan dirinya sendiri untuk duduk, sebelum mengedarkan pandangannya ke arah kamar mandi kamarnya, namun pintu kamar mandi itu terbuka dan tidak ada orang di dalam sana, itu berarti Krist tidak ada di dalam sana.
Singto akhirnya memutuskan untuk mencari Krist ke luar kamarnya, biasanya anak itu akan berada di ruang makan, menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, hanya saja yang di dapati Singto lagi-lagi kekosongan, tidak ada sosok Krist yang selalu menyambutnya di pagi hari seperti biasanya.
"Kit ... Kit ... Kit ...."
Tidak ada sahutan dari siapapun, rumahnya benar-benar sepi, dan kosong.
Namun lagi-lagi Singto mencoba untuk berpikir positif, mungkin Krist sedang membeli sarapan seperti biasanya, tetapi setelah menunggu selama hampir dua jam lebih, Krist tidak kunjung datang juga, membuat Singto langsung berlari kearah kamarnya lagi untuk berganti pakaian dan pergi mencari Krist.
Ketika sampai di sana dan Singto membuka lemari pakaiannya, pria itu shock melihat beberapa pakaian Krist tidak ada, ada sisi lain yang terlihat kosong di dalam sana, padahal tadi malam ada, karena Singto yang membereskan pakaian remaja itu, tetapi kenapa pagi harinya tidak ada, kemana perginya pakaian itu.
Segalanya membuat perasaan Singto menjadi tidak tenang, banyak pikiran buruk yang kini datang silih berganti di dalam otaknya sekarang, dengan cepat pria itu berjalan ke arah sisi lain tempat tidurnya untuk mengambil ponselnya yang tergeletak begitu saja di atas nakas meja.
Saat Singto mengambilnya, pria itu tidak sengaja menjatuhkan sesuatu dari atas sana, hingga Singto menengokan kepalanya ke arah bawah, melihat ada sebuah kertas berwarna biru yang tergeletak di lantai, pria itu berjongkok dan mengambilnya, di lihatnya isi kertas itu, ada tulisan tangan seseorang yang tertera di atas kertas itu, dan Singto tahu itu adalah tulisan tangan Krist.
Pria itu membawa kertas yang di temukannya bersama dengannya, ketika dirinya mulai mendudukkan dirinya di atas tempat tidur, untuk membacanya.
Daddy, aku minta maaf, kau pasti saat ini tengah mencariku kan?
Aku tahu itu, hanya saja ketika kau membaca ini, aku sudah pergi jauh dari sana. Jangan bertanya kemana, karena aku tidak akan pernah memberitahu mu.Aku sudah tahu segalanya, tentang kita berdua, tentang siapa aku sebenarnya, tentang kau yang ternyata adalah pamanku.
Aku tahu kita tidak bisa bersama, karena itu aku memutuskan untuk pergi.Setiap kali aku bersamamu beberapa waktu terakhir, aku selalu merasa sedih dan kecewa. Perasaan takutku tidak bisa aku tahan lagi, aku takut dengan kenyataan itu, aku tidak bisa menerimanya,aku tahu kau membohongiku.
Harusnya kau jujur padaku, tapi ini apa?
Aku sakit dengan semua ini, Daddy.
Mungkin jika kau mengatakan dengan jujur padaku kesalahan ini tidak mungkin terjadi, kita tidak bersama, tapi ini sudah tidak bisa di rubah kan?
Karena itu aku memilih seperti ini, jangan khawatirkan aku, aku bisa mengurus diriku sendiri, kau tahu akukan? Aku akan menjaga anak kita dengan baik. Aku pasti akan sangat merindukan mu nanti, tapi tidak apa-apa, aku mencoba untuk kuat sekarang.Jaga dirimu baik-baik, karena aku dan baby juga akan baik-baik saja. Maaf kan aku.
Tangan Singto gemetaran ketika membaca isi kertas itu. Krist sudah tahu semuanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
[18]. Me Et Illum [ You're Mine ] [ Krist x Singto ]
Fanfiction[ COMPLETED ] Blurb : "Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah melepaskanmu." - Singto Prachaya. "Aku juga, karena kau milikku."- Krist Perawat. Warning!! cerita ini mengandung unsur Yaoi / BoysLove / Boyxboy.