Sembilan

3.7K 405 162
                                    

"Daddy...." Suara samar-samar itu tiba-tiba saja muncul dan mengganggu mengusik pendengaran Singto, pria itu menggeliat di dalam tidurnya, ketika lagi-lagi suara itu mencoba menariknya ke alam sadarnya, "Daddy ... Bangun! Daddy. Ayo, bangun!"

Ekor mata Singto mencoba mengintip ke arah nakas meja mencoba untuk mengecek pukul berapa ini, karena Krist sudah merengek-rengek padanya, padahal Singto merasa jika dirinya belum lama terlelap.

Pukul 3 pagi?

Singto tersentak melihatnya, lalu membalikan tubuhnya ke belakang menghadap remaja manis yang sudah memanyunkan bibirnya, karena Singto tidak kunjung bangun juga, padahal dirinya sudah memanggil pria itu sampai mulutnya hampir berbusa.

"Jangan marah, Baby." Pria yang lebih tua itu mengecup bibir Krist dengan pelan, "ini masih terlalu pagi untuk bangun."

"Kit tidak bisa tidur."

Krist bersungut-sungut pada Singto, membuat pria itu langsung tersenyum melihat tingkah lucu Krist di pagi hari.

"Lalu kit mau apa, sayang?"

"Ayo, kita jalan-jalan."

"Tidak, tidak. Lebih baik kita tidur."

Singto memejamkan matanya lagi, sambil memeluk Krist, membuat Krist lagi-lagi merasa kesal pada Singto, hingga akhirnya nekat menggigit lengan pria itu dengan kencang.

"Krist!"

Mendengar nada suara Singto meninggi ketika memanggil namanya membuat Krist terdiam, lalu menundukan kepalanya, tidak mau menatap ke arah Singto.

"Sayang, maaf daddy tidak bermaksud untuk membentakmu."

Tetapi Krist tidak mau melihat ke arah Singto. Kini Singto di hinggapi rasa bersalah sebab sudah membentak Krist, padahal Krist hanya ingin mengajaknya pergi, Singto tahu hal semacam itu membuat Krist sedih.

"Kit..."

"Tidak mau, daddy jahat tidak mau menemaniku, kit mau pergi sendiri saja."

Remaja itu bangkit dari tempat tidurnya, lalu melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu, dengan cepat Singto langsung menahannya, tidak memperbolehkan Krist pergi.

"Di luar pasti dingin, jika kau keluar hanya memakai piyama tipis ini nanti kit bisa sakit. Ganti pakaian dulu setelah itu kita akan pergi."

"Benarkah? Daddy janji tidak membohongi ku?"

"Iya, sayang."

Mendengar itu Krist langsung melepaskan seluruh pakaian yang melekat pada tubuhnya dan berlari ke arah kopernya untuk mengambil pakaian ganti miliknya.

"Hei, jika dengan orang lain jangan melakukan hal seperti itu."

Ingatkan Singto takut jika Krist melakukan hal seperti itu juga, melepaskan pakaiannya di depan orang lain, hanya karena terburu-buru.

"Siap, daddy."

Kedipan mata di berikan pada Krist untuk Singto sembari memakai pakaian miliknya. Singto tidak habis pikir dengan kelakuan anak itu.

"Pelan-pelan saja Krist, jangan terburu-buru. Jangan lupa memakai jaket."

"Tidak perlu, ada daddy yang bisa memeluk ku nanti jika dingin."

"Jangan membantah."

"Iya, iya. Daddy ini sangat cerewet, sebenarnya Daddy itu kekasihku atau ayahmu sih. Ayahku saja tidak secerewet dirimu."

Singto terdiam mendengarnya, "Sudah jangan berbicara terus, yang cerewet itu kit."

Decakan kesal keluar dari Krist, lalu menunjuk ke arah Singto, "Daddy tidak berganti pakaian? Apa perlu kit bantu?"

[18]. Me Et Illum [ You're Mine ] [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang