Empat

4.3K 488 63
                                    

Hanya keheningan yang kini menyelimuti kedua orang laki-laki yang tengah mendudukkan dirinya saling menyender satu sama lain pada kepala tempat tidur, sambil berpegangan tangan.

Perlahan-lahan Krist mencari posisi yang nyaman agar dirinya bisa bersandar pada bahu Singto, sebelum diam-diam remaja itu menatap ke arah kekasihnya yang hanya diam saja sambil memainkan jari-jari tangan Krist seolah itu adalah hal yang paling menarik di dunia ini.

Tidak ada kata apapun yang keluar dari Singto ketika mereka sampai di rumah pria itu, bahkan Singto sedikitpun tidak bertanya dengan siapa Krist berkelahi hari ini, tetapi pria itu membantu Krist untuk mengobati lukanya, dan Krist sadar jika Singto tengah marah padanya sekarang.

"Daddy...."

Panggil Krist dengan suara yang pelan, membuat Singto menengokan kepalanya ke arah remaja manis itu.

"Apa, sayang?"

"Marah pada kit?"

Singto menggelengkan kepalanya, "Tidak untuk apa daddy marah? Tidak, asal jangan pernah mengulanginya lagi. Itu membuatmu terluka sedangkan aku tidak suka melihatmu sedikitpun terluka."

"Tapi apa yang di katakan Chimon itu membuatku kesal."

"Memang apa yang dia katakan?"

Krist menggelengkan kepalanya, dan memeluk lengan Singto dengan erat, Singto tidak perlu tahukan apa yang di katakan oleh Chimon. Hanya cukup Krist saja yang tahu.

"Daddy, apa ada orang tua yang benci pada anaknya sendiri?"

"Apa maksud kit?"

Entah mengapa Krist menjadi teringat oleh ayahnya sekarang, pria yang pasti sudah menunggunya di rumah untuk memarahinya karena pertengkarannya dengan Chimon tadi siang.

Krist memutuskan untuk menginap disini bukan karena dirinya takut, hanya saja Krist terlalu malas untuk meladeni ayahnya, mereka hanya akan berakhir bertengkar jika bertemu, dan setelah itu ayahnya pasti akan memukulinya seperti biasanya, jadi lebih baik Krist menghindar walaupun itu tidak akan pernah mengubah keadaan.

"Tidak, hanya saja aku merasa ayah ku tidak sayang padaku, yang dia bicarakan setiap hari itu selalu membanggakan kakakku, tetapi ketika melihatku dia langsung marah seperti ingin membunuhku. Padahal aku tidak tahu salahku apa."

"Benarkah seperti itu?"

Tanya Singto yang khawatir setelah mendengarkan cerita Krist. Bagaimana bisa ayah Krist bersikap seperti itu.

"Iya, jika aku pulang dia selalu memakiku." Krist menundukan kepalanya, ini pertama kalinya dia bercerita pada orang lain tentang keluarganya, tentang sikap ayahnya yang tidak adil padanya, "Daddy, apa mungkin aku bukan anak kandung ayahku karena itu dia membenciku?"

"Ssttt. Jangan bicara seperti itu, pasti ada alasannya kenapa ayahmu bersikap seperti ini, jadi jangan sedih ya."

"Tapi daddy--"

Tangan Singto menggengam tangan Krist lebih erat lagi, "Kamu masih memiliki aku, yang akan terus menjagamu." Singto mendekatkan tangan Krist ke arah wajahnya dan mengecupnya, "jadi jangan sedih."

Krist mengganggukan kepalanya, "Terima kasih, daddy."

Sementara itu Singto memandang lurus ke depan, lalu mendekap erat tubuh Krist, seolah tidak akan pernah melepaskan remaja manis itu apapun yang terjadi nanti.

' aku akan benar-benar menjaganya, jadi tidak perlu menghawatirkannya.'

____________

Suara gedoran pintu terdengar cukup kencang, dari balik pintu kamarnya, membuat Krist yang tengah membaca komik itu pun langsung memosisikan dirinya sendiri untuk duduk, dan bergegas bangkit dari tempat tidurnya.

[18]. Me Et Illum [ You're Mine ] [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang