Delapanbelas

3.2K 344 54
                                    

Perasaan bosan kini mulai melanda Krist, ketika dirinya tengah sendirian di dalam rumah. Sedangkan Singto tengah berkerja dan meninggalkan Krist sendirian disini, karena ada perkejaan yang sangat penting, yang harus benar-benar Singto kerjakan, padahal Krist sangat merasakan kesepian sekarang.

Hanya saja Krist hanya boleh berkeliaran di dalam rumah, tidak boleh sekalipun menginjakkan kakinya keluar. Jika Krist nekat dan pria itu tahu, maka Krist akan berakhir dengan omelan Singto.

Padahalkan harusnya Singto tahu jika dirinya itu cepat bosan, dan butuh teman. Tidak ada yang bisa di ajaknya bermain, temannya satu-satunya hanya Singto, serta Gun jika anak itu sesekali main kesini. Walaupun sebagian besar yang di lakukan remaja berperawakan mungil itu selalu saja membuat diri krist menjadi kesal.

Tok. Tok. Tok.

Suara ketukan pintu itu tertangkap oleh pendengaran Krist, hingga akhirnya Krist memutuskan untuk berjalan ke arah pintu itu, mencoba mencari tahu siapa yang datang untuk menemuinya.

Apakah itu Singto?

Padahal tadi Singto berkata jika pria itu akan pulang larut malam, bahkan menyuruh Krist agar tidak menunggunya, dan tidur lebih dulu saja nanti, karena benar-benar ada pekerjaan yang harus Singto selesaikan.

Ketika tangan remaja itu meraih kenop pintu, lalu membukanya. Ada sosok lain yang kini tersenyum ke arahnya, Wanita cantik itu tersenyum lembut pada Krist. Sampai akhirnya Krist membalasnya dengan tersenyum canggung, namun beberapa saat kemudian ekspresi Krist berubah ketika mengingat jika wanita yang kini ada di hadapannya itu, sama seperti sosok wanita yang waktu itu bersama dengan kekasihnya.

"Maaf, Daddy tidak ada."

Ujar Krist sambil ingin menutup pintu rumah Singto, namun wanita yang tidak lain adalah Pan itu, langsung menghalangi Krist untuk menutup pintunya.

"Singto yang menyuruhku ke sini. Boleh bibi masuk?"

Dengan amat tepaksa Krist mempersilahkan wanita itu memasuki rumahnya. Pan langsung merangkul bahu Krist dan membawanya masuk, tidak memperdulikan reaksi Krist yang terlihat seperti tidak menyukainya.

"Singto sudah bercerita pada bibi. Kau menganggap bibi selingkuhannya? Astaga, meskipun di dunia ini hanya ada dia, bibi tidak mungkin bersamanya, kami sudah seperti saudara, bahkan bibi tidak ingat dari kapan kami berteman, mungkin dari kami lahir kedunia. Jadi jangan khawatir bibi tidak akan mengambil Daddy mu itu. Bibi sudah berkeluarga."

Krist tidak terlalu menanggapinya, melihat hal itu langsung tersenyum, tingkah yang seperti ini mengingatkannya pada seseorang, mereka memang sama. Pan mendudukkan Krist di sofa lalu mendudukkan dirinya di samping krist.

"Berapa usia kandungan mu?"

"Bibi tahu?"

Pan tertawa mendengarnya, "Tidak ada Rahasia di antara kami." Wanita itu mengedipkan matanya ke arah Krist.

"12 minggu."

"Benarkah? Sebentar lagi aku akan mempunyai seorang keponakan, aku tidak sabar melihatnya lahir nanti."

Krist tersenyum mendengarnya, sementara Pan hanya menatap gemas tingkah malu-malu Krist itu. Sekarang wanita itu tahu kenapa bisa Singto terjerat dengan remaja itu, Krist memang manis dan memikat hati setiap orang yang melihatnya. Lupakan hubungan apa yang ada di antara Krist dan Singto itu, karena hal itu hanya membuat segalanya menjadi rumit, dan juga membuat keadaan menjadi berantakan.

Singto dan berjuta-juta pemikiran gilanya itu lebih sulit di pahami daripada apapun, karena Singto tidak akan mau mendengarkan orang lain, meskipun ada yang menasehatinya, pria itu hanya mengikuti jalan pikirannya yang selalu realistis itu.

[18]. Me Et Illum [ You're Mine ] [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang