Hari ini daddy tidak bisa menjemput mu.
Membaca pesan itu Krist menjadi merasa kesal, lalu menggeret Gun yang tengah berjalan di depannya bersama dengan para temannya yang lain, ketika jam pelajaran sudah selesai, dan semua murid berhamburan keluar dari kelas untuk pulang.
"Gun...."
"Apa? Pasti kau ada maunya kan?"
"Iya, aku bosan. Ayo, kita pergi bermain."
"Main game?"
"Boleh, aku malas pulang."
"Paman Sing bagaimana? Aku takut di marahi nanti."
"Daddy, tidak menjemput jadi tidak apa-apa."
"Pantas wajahmu kusut."
Krist merangkul pundak remaja mungil itu, "Menurut mu apa dia bosan padaku?"
"Hah?"
Gun menatap Krist tidak mengerti dengan apa yang temannya itu tanyakan padanya, apa maksudnya merasa bosan itu?
"Paman Sing, bosan padamu?"
"Tidak tahu, tapi sepertinya dia menghindar ku."
"Bagaimana bisa?"
Krist mengangkat kedua bahunya sambil menatap ke arah depan dengan pandangan menerawang jauh entah kemana.
"Dia bilang jika dia tidak ada aku harus hidup Seperti sebelum dia datang ke hidupku."
"Seperti seseorang yang mau pergi jauh saja."
"Entahlah, aku pusing."
"Tidak usah di pikirkan, ayo kita main saja."
Remaja manis itu menggangukan kepalanya, Dan kedunya berjalan ke persimpangan jalan, untuk menyeberang ke sisi lain jalanan raya itu, karena tempat bermain game online mereka terletak disana, hanya saja belum sempat Krist dan juga Gun menyeberang jalan.
Mereka melihat beberapa adik kelas mereka yang saat ini tengah berada di sebuah gang buntu kecil, sedang berjongkok seperti tengah melakukan sesuatu.
Rasa penasaran pun kini mendera Krist, hingga remaja itu mengajak Gun untuk mendekati adik-adik kelas mereka itu, dan ternyata mereka tengah menghisap sebuah puntung rokok, di tangan masing-masing dari mereka.
"Sedang apa kalian?"
Tanya Krist sembari meletakan tangannya di pinggang, lalu menatap mereka dengan tajam, membuat yang di pandangnya menjadi gugup.
"Eummm, phi kami sedang ... Kami sedang ...."
"Berikan dua untukku dan juga temanku."
Perkataan Krist itu sontak membuat Gun kaget, tadinya Gun mengira Krist akan memarahi mereka, tetapi nyatanya temannya itu sama saja. Bukannya Gun munafik, dan tidak pernah sekalipun menghisap rokok, hanya saja ini tempat yang terbilang umum, jika sampai ketahuan tamat riwayat mereka.
Dengan takut-takut salah satu dari 4 orang murid kelas 10 itu memberikan dua puntung rokok pada Krist, tangan Krist langsung merebutnya, dan menyerahkan satu untuk Gun.
"Mana pemantik apinya? Cepat!"
"Ini phi."
"Krist kita akan mendapatkan masalah nanti, kau tidak ada jeranya sama sekali."
"Tidak ada kata seperti itu dalam kamusku."
Krist justru ikut berjongkok, lalu menghisap rokok yang sudah mulai mengeluarkan asap putih pekat yang menyesakkan dada jika terhirup oleh penciuman seseorang itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/162543976-288-k413474.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[18]. Me Et Illum [ You're Mine ] [ Krist x Singto ]
Hayran Kurgu[ COMPLETED ] Blurb : "Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah melepaskanmu." - Singto Prachaya. "Aku juga, karena kau milikku."- Krist Perawat. Warning!! cerita ini mengandung unsur Yaoi / BoysLove / Boyxboy.