"Daddy...."
Rengek Krist dengan manja, sambil menguncangkan bahu Singto yang masih tertidur dengan pulas. Kali ini Krist memang menginap lagi di rumah Singto, sebab bersama dengan Singto itu lebih bisa membuat Krist merasa nyaman daripada dirinya harus tinggal di rumah sendirian, dan juga kesepian, tetapi jika Krist tidak pulang hanya omelan yang remaja manis itu dapatkan, sebenarnya apa mau orang rumahnya.
"Pagi, Baby."
Singto tersenyum manis ke arah Krist, dan meraih pinggang remaja manis itu untuk mendekat ke arahnya, lalu melayangkan sebuah kecupan singkat di bibir kekasihnya itu.
"Daddy belum mandi, jangan menciumku."
Protes Krist dengan bersungut-sungut pada Singto, lalu mengusap bibirnya dengan punggung tangannya.
"Memang kit sudah mandi, sayang?"
"Sudah, kit kan anak baik."
"Oh ya? Jika anak baik mendekatlah lagi."
Bibir Krist mengerucut dengan lucu sembari menggelengkan kepalanya, "Tidak mau, mandi dulu setelah itu baru kit akan mencium Daddy."
"Baiklah."
"Ayo, cepat setelah itu kita sarapan."
"Sarapan?" Singto menaikan salah satu alisnya, sembari menatap kekasihnya.
"Iyap, karena kit anak baik. Kit membuatkan sarapan untuk Daddy."
"Benarkah?"
Krist mengganggukan kepalanya dengan semangat, "Cepat mandi."
"Iya, sayang. Tunggu saja di bawah."
"Okay."
__________
Singto melangkahkan kakinya menuju ke arah ruang makan, dan melihat Krist yang sibuk dengan ponselnya, Singto tidak heran dan tidak bertanya-tanya apa yang Krist lakukan, sebab Singto tahu apa yang Krist tengah lakukan sekarang, apalagi jika bukan bermain game, padahal ini masih pagi, harusnya Krist makan bukan justru bermain.
"Baby...."
Mendengar suara Singto memanggilnya Krist langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celana pendek yang saat ini tengah di kenakannya, sambil menatap ke arah Singto dengan cengengesan.
"Duduk, Daddy."
Pinta Krist sambil menepuk-nepuk sebuah kursi kosong yang berada tepat di sampingnya, dan ketika Singto mendudukkan dirinya di sana, remaja manis itu tanpa permisi langsung mengecup bibir kekasihnya itu.
"Kit, tidak bohongkan."
Tangan Singto mengusap lembut rambut Krist, "Iya, kit tidak pernah berbohong."
"Ayo, makan. Cepat makan."
"Kit yang memasaknya?"
Remaja itu menganggukan kepalanya ke arah Singto, membuat Singto tersenyum lalu mengecup pipi remaja manis itu dengan gemas.
Memang apa Krist buat itu biasa saja, tidak ada yang istimewa dari hal itu dan masih terbilang sederhana, tetapi karena kekasihnya itu sudah mau berusaha untuk memasaknya meskipun Singto tahu jika Krist tidak pernah memasak sekalipun, itu membuat hati Singto menghangat dengan apa yang remaja itu lakukan.
Krist menyendokkan apa yang di masaknya ke dalam piring Singto, lalu menatap kekasihnya ingin tahu pendapat Singto tentang masakannya.
Tahu akan hal itu Singto menyendok apa yang Krist masak dan memasukannya ke dalam mulutnya untuk memakannya, namun saat Singto mengunyahnya pria itu langsung terdiam sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[18]. Me Et Illum [ You're Mine ] [ Krist x Singto ]
Fiksi Penggemar[ COMPLETED ] Blurb : "Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah melepaskanmu." - Singto Prachaya. "Aku juga, karena kau milikku."- Krist Perawat. Warning!! cerita ini mengandung unsur Yaoi / BoysLove / Boyxboy.