Tujuh

3.8K 440 57
                                    

Ekor mata Krist melirik tidak tenang ke arah jam dinding, ini sudah hampir pukul 7 malam tetapi anggota keluarganya tidak ada yang kunjung pulang juga, padahal Krist sengaja pulang lebih awal hari ini, dan juga tidak pergi bersama dengan Singto.

Remaja itu berharap ayah dan juga kakaknya akan pulang, karena Krist sudah mengirimi mereka berdua pesan, tetapi tetap saja hanya kekosongan yang menemaninya sampai saat ini, padahal ini hari Sabtu, biasanya ayah dan juga kakaknya akan pulang di sore hari, sebab itu Krist selalu ada di rumah pada hari itu, ingin bersama dengan keluarganya, meskipun mereka tidak saling menyapa satu sama lain.

Helaan nafas berat karena dari remaja itu, sebelum pandangan matanya beralih ke arah meja makan yang saat ini penuh dengan makanan.

Jangan pernah berpikir jika Krist yang memasak semuanya, kerena akan berakhir dengan kehancuran rasa makanan itu sendiri, seperti saat Krist memasakan makanan untuk Singto, dan ternyata itu sangat asin, mungkin Singto bisa masuk rumah sakit jika menghabiskan semua itu, tetapi dengan bodohnya pria itu tetap memakannya.

Di baringkannya kepalanya sendiri di atas meja makan, Krist merindukan saat-saat dulu, ketika ibunya masih hidup, Krist tidak pernah sedikitpun merasakan kesepian, tetapi saat ibunya meninggal beberapa tahun yang lalu, ayahnya pun menjadi seperti ini, selalu marah-marah dan juga menyalahkannya atas segala hal, bahkan Krist tidak mengerti dengan apa yang terjadi sebenarnya.

Sampai hari ini pun, Krist masih bingung dengan keadaan ini. Harusnya ini adalah hari yang membahagiakan untuknya, tetapi nyatanya Krist Justru terlihat sangat menyedihkan.

Bukankah miris ketika kau sendirian pada saat-saat waktu pergantian umurmu sendiri, Krist tidak membutuhkan hadiah, karena dia hanya ingin mengajak ayah dan juga kakaknya makan malam bersama. Sekali, hanya sekali saja. Namun kenapa hal seperti itu susah sekali terwujud.

Bahkan Krist tidak tahu mereka mengingatnya atau tidak, sebenarnya Krist sudah tahu jawabannya, hanya saja dia lebih memilih untuk berharap meskipun Krist tahu nantinya dia akan merasakan sakit.

Karena terlalu lama menunggu, kelopak mata Krist pun semakin lama semakin berat dan tertutup rapat saat itu juga, hingga membuatnya tertidur pulas sambil menyandarkan kepalanya di meja makan.

.

.

Sebuah tepukan pelan yang di layangkan seseorang pada bahunya itu membuat Krist yang masih sangat mengantuk itupun, dengan terpaksa membuka matanya untuk melihat siapa orang yang berani sekali mengganggunya.

Ketika pandangan mata Krist menyapu ke arah sampingnya, remaja manis itu melihat jika ada ayah dan juga kakaknya yang sepertinya kini baru saja pulang dari suatu tempat, Krist menatap ke arah jam dinding ini hampir pukul 12 malam.

"Kenapa kau tidur disini?"

"Aku menunggu Pho dan Phi."

"Bukankah sudah phi bilang tidak usah menunggu? Pho pergi bersama dengan Phi untuk merayakan keberhasilan Phi memenangkan tender."

Krist langsung terdiam mendengarnya, memangnya kapan kakaknya pernah bilang seperti itu?

Mengapa Krist tidak tahu, bahkan ketika Krist mengirimkan pesan tidak ada satu pun yang membalas, saat Krist menelepon pun ponsel keduanya mati.

"Untuk apa makanan sebanyak itu?"

Pria paruh baya itu bertanya pada Krist, membuat Krist menatap ke arah ayahnya.

"Krist ingin mengajak Pho dan Phi makan malam."

"Bereskan saja, lagi pula ini sudah malam. Kami sudah makan tadi, lain kali jangan melakukan hal ini, itu hanya menghambur-hamburkan uang saja."

[18]. Me Et Illum [ You're Mine ] [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang