Zafla Aurellia Nakusya

169 26 0
                                    

| Happy Reading |

"Sie ist eine gefrorene Frau wie Eis."

  ZAFLA

"Sstt.. Ice girl nya sekolah mau lewat."
"Ihh gila, datar bener tu mukak."
"Neng, senyum nya mana, sih? Datar bener."

Dan banyak lagi ucapan-ucapan menyindir yang Zafla dengar sepanjang ia melewati koridor bersama Safwa. Gadis berambut coklat itu hanya menghela napas.

"Zaflaa!" langkah mereka terhenti, kedua gadis itu menoleh bersamaan, mendapati seekor makhluk berkacamata sedang berlari kecil ke arah mereka berdua.

"Nih, buat kamu." Makhluk itu menyerahkan sekotak bekal bergambar hello kitty pada Zafla yang hanya ditanggapi dengan kening mengerut dan Safwa yang tertawa keras.

Sebut saja makhluk ini, Didin. Aslinya Albert Geraldin. Nama aslinya ini sebenarnya cukup classy, hanya saja sikapnya yang tak sebanding membuat hampir seluruh murid di sekolah memanggilnya begitu.

"DinDin, mending bekal ini lo kasih buat yang lebih membutuhkan. Zafla mana cocok dikasih yang beginian. Mungkin dikasih bunga segoni sama coklat berkilo-kilo aja gak diterima sama dia, apalagi yang ginian." Ejek Safwa ditengah-tengah tawanya.

"Ehh-ehh ampun, La, ampun," Safwa nyengir lebar saat Zafla memicingkan mata ke arahnya, isyarat bahwa gadis itu tidak suka dengan apa yang diucapkan Safwa.

Zafla maju selangkah mendekati cowok berkacamata itu, mengulurkan kotak bekal bergambar kartun tersebut. Didin mengangkat tangannya ragu seraya menatap Zafla dengan alis terangkat.

Gadis itu menghela napasnya, "Jangan suka ngeribetin diri lo sendiri."

Setelahnya, Zafla pergi begitu saja meninggalkan Safwa, Didin dan juga beberapa murid yang sempat menyaksikan kejadian itu dari awal. Mereka yang berada disitu benar-benar tak paham dengan isi kepala gadis malas bicara itu.

Safwa tertawa geli sembari menepuk pundak cowok itu sebagai bentuk prihatin, "Sabar ya, DinDin. Zafla emang suka gitu. Sini bekal nya buat gue aja."

Safwa meraih kotak makan di tangan Didin dan bergegas menyusul langkah panjang sahabatnya.

"Zaflaaaa, ihh kok malah ninggalin gue, sih?! Zaflaaa-ssi, mianhae!!" Safwa berteriak tidak jelas, ia berusaha menyamakan langkah kakinya dengan Zafla, namun sahabatnya itu tetap mempercepat langkahnya dan tak menghiraukan teriakan Safwa.

Zafla meninggalkannya seorang diri di koridor yang ramai dengan keadaan kesal setengah mati.

"Untung sahabat," ucap gadis itu pada dirinya sendiri sambil mengelus dadanya berlebihan.

Entah sudah berapa kali ia mengelus dadanya penuh sabar hari ini.

Sementara Zafla, pandangan gadis itu lurus kedepan. Ia sama sekali tak peduli dengan teriakan sahabatnya yang sudah tertinggal dibelakang ataupun ucapan orang-orang yang sedang berada disekitarnya.

Masa bodoh

Tujuan nya hanya satu, kelas dan setumpuk buku pelajaran.

Lagi-lagi gadis itu menghela napasnya, kenapa pula perjalanan dari halaman belakang ke kelasnya jadi terasa lebih lama?

Ia menunduk, menyadari bahwa simpul tali sepatunya lepas. Gadis itu baru saja hendak membenahi tali sepatunya saat tiba-tiba seseorang menabraknya hingga ia terjungkal ke belakang.

"Eh maaf-maaf, saya nggak sengaja, seriusan."

Zafla mengangkat kepalanya, mendapati sebuah tangan besar terulur tepat didepan matanya, namun gadis itu tak menggubrisnya dan bangkit berdiri dengan agak kepayahan.

ZAFLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang