Fünfzehn : Mantra-Mantra Trulalala

45 8 0
                                    

Buat yang diem-diem nunggu cerita ini
Maaf ya, daku sedang kehabisan paket

Kalo bisa kebetulan update berati lagi nyolong wifi tetangga (¬_¬)

_____

| Happy Reading |

He said : Saya harus baca mantra apa lagi supaya kamu tetap berada di dekat saya?

Me : Gue harus rapalin berapa banyak mantra lagi supaya lo musnah?

ZAFLA


"Zaf, dengerin saya. Ini udah tengah malem, keluarga kamu juga mungkin belum pulang dari Bogor."

Setelah berjam-jam terlewati sejak Zafla sadar, cewek itu langsung kekeuh minta pulang. Ia terus saja mendebat Zefan yang mengeluarkan seribu satu bujukan agar ia pulang besok pagi saja setelah subuh.

Cowok itu benar-benar hampir kehabisan cara untuk membujuk perempuan dihadapannya ini.

Mulai dari menyuruh nya makan,

Shalat berjama'ah dengannya untuk persiapan sebagai calon makmumnya kelak,

Beristirahat lebih lama,

Atau cuci piring dirumahnya.

Tetapi Zafla tetap saja menggeleng. "Enggak."

Zefan mengembuskan napasnya panjang, tak boleh kah ia terus menahan gadis ini agar tetap berada dirumahnya malam ini?

Indah yang sedang menggendong Angel pun mau tak mau akhirnya mengeluarkan suara, membantu putra sulungnya yang dianggapnya tak pandai mengolah kata untuk merayu calon menantunya.

Ehm, calon menantu.

"Zafla, kamu 'kan perempuan. Mending tidur disini aja dulu, besok pagi biar Zefan yang antarkan ke rumah kamu."

Zafla mengusap wajahnya sekilas, "Nanti-ehm, nanti mama nyariin, Tan-eh, Bun." Zafla buru-buru meralat ucapannya saat melihat pelototan Indah.

"Ya ampun, Cantiik. Udah dibilangin dari tadi jangan panggil tante! Panggil bunda, oke? Kamu manggil tante gitu seakan bunda itu tante-tante girang, tau!" protes Indah, wanita itu kini menyentuh wajahnya sendiri.

"Masih awet muda gini, gak cocok dipanggil tante." Gumamnya tak sadar. Zafla yang mendengar itu jadi meringis, sedikit merasa tak enak.

"Zafla," panggil Zefan, gadis itu menoleh kearahnya, "kamu nginap aja ya malam ini?" bujuk Zefan sekali lagi, cowok itu kembali melirik ibunya memberi sinyal 'permintaan pertolongan' darurat siaga satu.

"Iya, Sayang. Kamu disini aja dulu ya?" imbuh ibunya Zefano.

Zafla diam sebentar, "Zaf mau pulang aja, Bun." Sebenarnya, Zafla tak seyakin itu pada perkataannya tadi. Mungkin memang benar ibunya akan mencarinya, tetapi tentu saja dalam konteks yang berbeda mengingat bahwa tadi ia diperintah untuk menjaga rumah selagi mereka pergi.

Zefan meremas tangannya gusar, matanya melirik ibunya agar terus melancarkan serangan berupa bujukan penuh 'mantra' pada Zafla. Cowok itu bahkan hampir memekik bahagia saat ibunya mengeluarkan suara untuk membantunya tadi.

"Yaudah kalo emang mau kamu begitu," Indah melirik kearah jam dinding, pukul sepuluh lewat limabelas menit. "Antar Zafla pulang, Bang." Suruh Indah.

Zefan melotot, detik kemudian sorot matanya menatap ibunya seolah terluka. Bunda kejam!

Meong

ZAFLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang