Sieben : Hujan

92 13 11
                                    

( D.O Kyungsoo- That's Okay)

Hujan oh hujan, kenapa engkau turun?
Macemana aku tak turon, sang putri sedang sedih, hooo sang putri sedang sedih.

Iya deng, author lagi galau ini.

Helppp (╥﹏╥)

______

Huhu

| Happy Reading |

Hujan yang turun membasahi bumi, tak pernah menyalahkan langit yang seakan membuangnya. Tanah yang ditimpa hujan juga tak pernah mengeluh pada-Nya. Karena ini sudah kodrat. Dan seperti itulah manusia seharusnya.

ZAFLA

Jio menatap malas buku matematika peminatan dihadapannya. Merasa ngantuk.
Cowok itu memanyunkan bibir, sok imut. Lalu memandang punggung Pak Muha yang sedang sibuk mencatat rumus dipapan tulis.

Cowok itu mengedarkan pandangannya kepenjuru kelas. Mencari teman yang sealiran dengannya.

Seperti baru sadar memiliki teman. Jio mengalihkan pandangannya pada kedua sohibnya yang duduk dua meja didepannya.

Dilihatnya Runa sedang sibuk dengan buku dihadapannya yang Jio yakini bukan bagian dari pelajaran saat ini. Kadang Jio sempat berpikir untuk memanggil Runa dengan sebutan asli cowok itu-Harun. Tapi cowok sok kalem itu mana mau dipanggil begitu. Nggak keren, katanya.

Beda Runa, beda lagi Zefan. Zefan terlihat sibuk dengan dunianya.

Cowok itu sedang memutar-mutar pulpennya, lalu meletakkan nya diatas bibirnya, lalu diputar lagi, diletakkan lagi. Begitu seterusnya sampai Jio merasa pusing sendiri melihatnya.


Jio mendengus pelan, merasa bahwa kegantengan dan kepintaran Zefan mendadak luntur jika cowok itu bersikap demikian.

Dan itu, hanya terjadi dipelajaran paling keramat bagi seluruh murid SMA didunia ini. Matematika.

Ah tidak, tidak, Jio hanya sedikit hiperbolis.

Baiklah kita beralih lagi pada Zefan yang sekarang mendadak mengubah posisi duduknya menjadi sedikit menyamping kekiri karena ia duduk dikursi sebelah kanan. Cowok berlesung pipi itu mulai memandang wajah Zafla dari samping.

Serius banget, tuh, cewek.

"ASTAGHFIRULLAH MATAA!" Runa meraup wajah Zefan menggunakan telapak tangan kanannya, membuat cowok itu memekik pelan karena kaget.

Tersadar masih ada guru didepan kelas, Zefan dan Runa kompak menoleh, memastikan Pak Muha tak sedang melihat kearah mereka. Kemudian refleks menghembuskan napas lega karena Pak Muha masih serius menulis di papan.

Sementara Jio yang duduk dibelakang mereka merasa diabaikan, dan diasingkan. Cowok itu kemudian mencolek punggung Risna-yang duduk didepannya. Risna yang merasa terganggu pun menoleh pada Jio dengan mata memicing, curiga.

Jio nyengir, lalu menggerakkan mulutnya, menyebut kata ' pindah ' tanpa suara. Mengisyaratkan sedikit pemaksaan ditatapannya.

Risna memutar bola matanya, kesal karena Jio selalu menyuruhnya pindah kekursi belakang. Cewek dengan kacamata bulat berwarna hitam itu menoleh lagi kedepan, mencoba mengabaikan Jio yang sekarang kembali sibuk mencolek-colek punggungnya. Dengan rasa malas, Risna kembali menoleh kebelakang. Dan mendapati Jio sedang memanyunkan bibir, memasang puppy eyes.

ZAFLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang