Drei : Hati Beku

134 19 8
                                    

( Christina Perri - Jar Of Heart🎶 )

| Happy Reading |

Orang-orang beranjak menjauh saat aku ingin mendekat. Disaat aku melangkah hendak menghampiri, mereka berlari menjauhi. Disaat aku menekan hati agar tak tersakiti, mereka kembali menikam dengan sikap yang tak kupahami.

ZAFLA

Gadis itu baru saja selesai dari kegiatan menulisnya di kamar saat samar-samar terdengar ayah dan ibunya yang sedang bertengkar di ruang tengah.

Sudah cukup. Zafla sudah terlalu sering bahkan hampir bosan mendengar pertengkaran itu hampir setiap harinya.

Bahkan hanya karena hal sepele, kedua insan itu akan sibuk melontarkan argumen masing-masing dan berujung dengan teriakan-teriakan yang membuat keadaan rumah lebih mengerikan dari rumah lainnya. Meskipun terkadang, keluarga mereka akan tetap bersikap seperti keluarga pada umumnya.

Hm, sama saja. Keluarga ini memiliki emosi yang meledak-ledak hingga mampu menciptakan pertengkaran mengerikan yang bisa saja terjadi di setiap harinya.

Dan yang lebih menyedihkan lagi, bukan hanya ibu dan ayahnya saja yang bertengkar seperti ini. Terkadang, kakak perempuan dan adik laki-laki nya juga akan terlibat pertengkaran kecil karena hal sepele yang membuat Zafla tidak betah berlama-lama di rumah.

Ah, kadang juga Zafla yang bertengkar dengan adik laki-laki nya. Ia dan cowok yang baru menginjakkan kakinya ditahun ketiga jenjang putih biru dongker itu tak pernah bisa akrab dan berbaur layaknya kakak-adik kebanyakan.

Ini lah yang menyebabkan ia menjadi sosok yang lebih diam dan tertutup saat di rumah. Bila di sekolah ia hanya malas bicara, maka disini ia akan membungkam mulutnya, menolak untuk mengeluarkan kata-kata barang sepatah saja jika sedang tidak diperlukan.

Zafla sama sekali tak menemukan cinta yang terselip di antara kehidupan keluarga ini, lebih tepatnya cinta untuknya. Ia tak pernah mengutarakan apapun mengenai keinginannya, tak pernah menceritakan satu pun impiannya pada ibunya seperti anak kebanyakan, menceritakan pengalaman-pengalaman yang ia alami, atau bertukar cerita dengan kakak dan adiknya.

Selama hampir 17 tahun dia hidup, Zafla tak pernah menceritakan semuanya pada orang-orang yang ada dirumah ini.

Zafla terlalu takut jika ceritanya tak diterima. Ia takut jika orang-orang ini meremehkan impiannya.

Zafla hanya takut.

Dirinya tak seperti sang kakak atau adiknya yang disenangi semua orang. Ia juga tak seperti kedua saudaranya yang bersinar di mata kedua orang tuanya.

Hana-ibunya, sangat menyayangi kakaknya bahkan Rafad-sang ayah, pun lebih menyayangi Raffael, adik laki-lakinya. Zafla merasa orang-orang di rumah ini seakan membenci sosok Zafla dan sama sekali tak mengharapkan kehadiran nya.

Alhasil, ketika keluarganya berkumpul. Zafla hanya diam saat saudara nya memulai cerita bahagia mereka, membaginya dengan ayah dan ibunya yang memandang dengan sorot hangat.

Zafla tersenyum kecut, menyadari bahwa dirinya memang tidak ada apa-apanya di keluarga ini. Ia menganggap posisi nya tidak di inginkan. Orang-orang membuangnya, membencinya.

Entah karena apa,

Zafla berpikir mereka menganggap seolah-olah ia hanyalah makhluk tak kasat mata.

Tapi mengapa? Apa yang dilakukannya hingga mereka bersikap demikian? Apa salah nya? Apa ini hanya perasaannya saja? Atau apa? Zafla tak mengerti.

Perlahan Zafla bangkit dari kursinya, menuruni tangga karena kamarnya berada dilantai atas. Ia kemudian berjalan mengendap-ngendap ke dapur yang terhubung dengan ruang tengah. Zafla hanya ingin memastikan bahwa kedua malaikatnya tetap baik-baik saja.

ZAFLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang