Vierzehn : Penakluk Hati

41 7 0
                                    


"Masih gak inget gue?"

"Lo merasa kenal gue?"

Cowok itu tertawa samar, tangannya terangkat dan mengacak gemas rambut Safwa membuat perempuan itu mematung sejenak.

Buseet, jiwa-jiwa jomblo ku menggeloraa

Safwa menatap risih cowok dihadapannya. "Apa-apaan, sih, lo pake-pake masker gitu? Semak."

Cowok itu malah tertawa lagi, emang dasar gak jelas.

"Ah, mama inget, Dek. Yang anter kamu itu tinggi terus pake masker."

Safwa mengernyit, "Masker? Kok gak mama suruh buka?"

"Pas mama suruh buka dia nolak, katanya takut corona."

"Co-co apa? Corona? Hmpph- " Safwa menutup mulutnya. Menahan tawa yang seketika ingin meledak.

Eh, sebentar. Masker?

Tinggi?

"Coba lo berdiri!" titah Safwa tiba-tiba. Cowok didepannya spontan menaikkan alisnya, dahinya berkerut sebagai refleks kebingungan atas perintah yang tiba-tiba itu.

"Udah gak usah banyak tanya, cepetan berdiri." Ucap Safwa memaksa. Perempuan itu bahkan sudah mendorong-dorong tubuh si cowok bermasker agar lekas berdiri.

"Apaan, sih?"

"Hm, masker, iya." Gumaman itu samar namun tetap terdengar oleh orang didepannya.

"Ck, bodoh. Gue pake masker karena takut kena virus, lagipula-"

"Sssstt, berisik lo kaya Zafla. " Sela Safwa, malas mendengar jawaban yang mengada-ada dari pemuda didepannya. "Tinggi? Hmm,"

Emang gak jelas dari lahir kayanya ni bocah, cowok itu membatin. Merasa gemas sendiri melihat tingkah Safwa saat ini. Pipi cewek itu menggembung dengan bibir mengerucut.

"Rasa gue bukannya lo yang berisik, ya?"

"Idih, gue kalem gini kok."

"Dibandingin sama Zafla, tetep aja lo yang paling berisik."

Safwa terkesiap, matanya seketika memicing curiga. "Kok lo bisa tau Zafla?"

Cowok itu tersentak, tersadar jika dirinya sudah salah bicara, "Aa-ah, tadi pas dibawa kemari lo sempet sebut-sebut nama dia. " Elak cowok itu. Matanya bergerak-gerak gelisah, berusaha menghindari tatapan Safwa.

Sedetik kemudian,

"Astaga, ish tangan lo bauu!" Protes cewek itu sedang tangannya menyingkirkan telapak tangan besar milik si cowok bermasker yang kini asik meraup wajahnya. Cowok itu bahkan tampak sangat bahagia saat menekan-nekan pipi tembemnya.

"Kalo lo penasaran sama gue, panggil aja gue Ger." Cowok itu menurunkan tangannya, meraih plastik makanan diatas nakas dan membukakannya untuk Safwa. "Untuk selebihnya mohon maaf, lo belom bisa tau sekarang."

"Kenapa? Lo sebenarnya bukan manusia?" Tanya Safwa polos. Menonton Goblin berulang-ulang sepertinya mulai memberikan efek samping di kepala cewek itu.

Ger membuka penutup makanannya dan mulai menyendokkan bubur ayam ke dalam mulut Safwa. Cewek itu mengerjap pelan, menunggu jawaban.

"Iya, gue bukan manusia. Gue itu malaikat pelindung lo."

Safwa manggut-manggut sembari mulutnya terbuka menerima suapan, "Pantes lo gak sesak napas pake masker gitu, gak dibuka-buka pula."

Tiga detik kemudian, cewek itu mendesah lemas. "Yahh, lo bukan malaikat maut? Kalo lo malaikat pelindung, kisah gue gak bisa kaya si Sunny di Goblin dong?"

ZAFLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang