Dreizehn : Penyembuh itu datang

36 8 0
                                    

| Happy Reading |

Walau bagaimanapun, kamu harus tetap bertahan. Dan tolong jadilah seperti batu karang yang tetap kokoh meski diterjang ombak ganas yang datang menghantamnya sekali, seribu kali, bahkan sejuta kali.

ZAFLA


"Halo, halo? Safwa, Safwa-"

Ck. Zefan mendecak kesal sambil menatap layar ponselnya. Ponsel cowok itu kehabisan baterai sesaat setelah Safwa berteriak padanya.

"Lo kenapa?" Jim, atau lengkapnya Jimmy blablabla. Oke, Zefan tak ingin menyebutkan nama panjang Jim yang menurutnya aneh- bertanya dengan alis yang bertaut. Heran melihat raut wajah Zefan.

"Gue balik duluan." Katanya kemudian melangkah tergesa ke ruang ganti. Jim-teman satu ekskul renangnya itu, masih setia mengikutinya dari belakang. "Tapi 'kan belom kelar, Jep."

"Tinggal dikit lagi, Jim. Pak Emil juga udah pulang 'kan? Sisanya lo aja, ya? "

Jim mengangguk mengerti, memilih mengalah karena tak tega melihat wajah Zefan yang tampak panik. Lagipula, permohonan Zefan tadi lebih cocok disebut perintah.

Setelah selesai berganti pakaian dan membereskan barang-barang nya dengan secepat kilat, Zefan pamit pada teman-teman nya.

"Hati-hati, Jep!"

Cowok itu mengenakan jaket merahnya, memakai helm dan tancap gas.

🌻

Motor hitam itu berhenti didepan sebuah rumah minimalis tingkat dua dengan pagar hitam yang tertutup rapat. Suasana gelap melingkupi rumah itu karena lampu teras tidak dinyalakan.

Zefan turun dari motornya, membuka pintu pagar, dan berjalan memasuki rumah itu. Ia tadi sempat terkejut karena pintunya tidak dikunci.

Zefan sampai diruang tengah, senyap. Seperti tak ada satu pun manusia yang sedang berada dirumah ini. Kakinya kemudian melangkah ragu menapaki tangga pertama, kedua hingga berada di tengah tangga.

Bugh.. Prangg

Cowok itu tersentak saat mendengar suara debum yang sedikit keras disusul suara pecahan. Zefan melangkah tergesa, menaiki tangga terburu-buru dan mencari asal suara. Indera nya bekerja cepat berusaha menerka kamar yang benar diantara tiga kamar yang ada dilantai dua.

Pilihannya jatuh pada kamar kedua, dengan goresan kecil bergambar bunga matahari didepannya.

Ia memegang pegangan pintu, dan membukanya.

Kosong

Lalu matanya menangkap sebuah pintu putih terbuka lebar di dekat lemari yang digeser.

"Astaghfirullah, Zafla? Zaf, Zafla?!" Zefan meraih kepala Zafla yang terkulai lemas dan diletakkan diatas pahanya. Keadaan gadis itu sangat mengkhawatirkan. Pecahan gelas, tangan yang sedikit berdarah-darah, wajah pucat dengan dahi lecet dan napasnya yang tak beraturan.

Zefan menepuk pelan pipi gadis itu berharap hal tersebut mampu menyadarkannya.

Sementara Zafla mulai kehilangan seluruh kesadarannya setelah menguras energi sedari tadi dan mengeluarkan tenaganya untuk yang terakhir kali-saat memukul samsak hingga tak sengaja menyenggol gelas. Cewek itu mengedip sekali, berusaha membuka matanya.

ZAFLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang