Prilly melihat ke cermin sekali lagi.
"Ini gue? Beneran gue?" gumamnya tak percaya.
Ternyata hasil riasan make up seadanya dan semampunya tetap terlihat bagus.
Sesuai rencana, rambut gadis itu hanya digelung ke atas dan menyisakan anak-anak rambut bagian depan yang ia biarkan menjuntai. Gaun rancangan Abigail pun tampak pas dan sangat indah. Jika nanti ia mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Abigail Lacy, ia pasti akan mengucapkan terimakasih.
Prilly meraih ponselnya yang baru saja berdering menandakan adanya pesan masuk. Dari Anne yang menyuruh Prilly untuk segera datang. Prilly hanya tersenyum tanpa berniat untuk membalas.
"Dasar tidak sabar. Sama seperti kakaknya."
Lagi-lagi Prilly teringat Ali. Membayangkan wajah kecewa Ali seperti saat pertemuan terakhir mereka kemarin membuat perasaan bersalah lagi-lagi menghampiri Prilly. Ia tak tahu bagaimana harus menjelaskan pada Ali tentang Rachel. Ia juga tak mungkin memberi tahu Ali bahwa diam-diam ia takut bahwa ia akan jatuh pada pesona bos nya itu.
Prilly menghela nafas kemudian berusaha mengusir pikiran tentang Ali yang hinggap di kepalanya. Saat ini ia harus menghadiri ulang tahun Tuan Marius. Harusnya ia berbahagia.
"Hai! Kau sudah siap?" Rachel yang tiba-tiba muncul di belakang Prilly mengagetkan Prilly. Prilly hanya membalas dengan anggukan dan senyum tipis.
Tadi begitu sampai di apartemen, Rachel yang kebetulan sedang pulang lebih awal dari kantor merengek ingin ikut setelah tahu bahwa ada pesta ulang tahun Marius Percy di Neivel Cafe. Apalagi alasannya kalau bukan ingin berdekatan dengan Ali.
Jadilah saat ini mereka berdua bersiap-siap ke acara tersebut. Tentunya Prilly mengijinkan setelah Rachel berkali-kali membujuk hingga hampir menangis.
Sebenarnya Prilly merasa tak enak harus mengajak Rachel mengingat Rachel bukanlah kerabat maupun karyawan Marius Percy, tapi apa boleh buat? Prilly paling tidak tega jika harus melihat sahabatnya itu menangis.
"Ayo, taxi sudah menunggu kita!" ucap Rachel lagi-lagi mengagetkan Prilly.
Setelah meraih clutch nya, Prilly segera melangkah keluar dari apartemen nya diikuti Rachel dan menuju ke Neivel Cafe menggunakan taxi.
***
Sesampainya Prilly di Cafe, ia sedikit terperangah melihat dekorasi Cafe yang tampak sangat elegan dan berkelas. Padahal tadi siang Cafe ini masih seperti biasa.
"Wow! You look great!" puji Dominic yang membukakan pintu untuk Prilly dan Rachel.
" Thanks. You look great as well, Dom! Oh ya, perkenalkan, ini sahabatku Rachel. Rachel ini Dom, rekan kerjaku."
"Hi, Rachel. Nice to meet you." Dom mengulurkan tangan ramah dan disambut Rachel yang juga tak kalah ramah.
"Nice to meet you too, Dom." balas Rachel.
Prilly tersenyum pada Dominic yang terlihat berbeda malam ini dengan mengenakan stelan jas dan rambutnya yang tampak sedikit berbeda karena diberi pomade.
"Ini pertama kalinya aku melihatmu mengenakan gaun, Head Chef! Kau tampak begitu cantik." puji Dom sekali lagi.
"Tak perlu berlebihan, Dom. Gaun ini adalah pemberian dari Anne—"
"Prilly! Kemarilah!" sebuah suara menghentikan pembicaraan antara Prilly dan Dominic. Prilly menoleh ke arah sumber suara. Di kejauhan, Anne beserta rombongan keluarganya tampak berkumpul.
"Aku kesana sebentar, Dom." pamit Prilly. Dom mengangguk dan tersenyum.
"Bos kita menunggumu sedari tadi." bisik Dominic ketika Prilly melewatinya. Samar-samar Rachel pun mendengar ucapan Dominic.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcake Love 2
FanfictionAliadrich Percy tak pernah menyukai ide Marius Percy, kakeknya, yang selalu menyuruhnya melanjutkan bisnis Cafe milik sang kakek. Walaupun ia cucu lelaki satu-satunya, namun Aliadrich lebih memilih duduk berjam-jam di belakang meja kantor, berkutat...