Chapter 18

7.3K 743 40
                                    

Prilly menatap Ali dengan cemas walau yang ditatap justru tersenyum berusaha menutupi raut lesu wajahnya. Kini Ali sudah berada di kamarnya.

Dikelilingi Bu Tika, Yudha, dan Pak Heru yang adalah pimpinan Hotel Mutiara, Ali tanpa canggung menggenggam tangan Prilly dan tak mau melepaskannya hingga ketika Dokter Adi, yang dihubungi pihak hotel memeriksa Ali, Prilly terpaksa harus duduk di dekat Ali. Prilly salah tingkah karenanya. Ia tahu, setelah ini ia pasti akan diberi banyak pertanyaan oleh orang-orang yang saat ini mengelilinginya.

Tekanan darah Ali juga ikut dicek oleh Dokter Adi.

"Jadi sebenarnya apa yang terjadi pada Tuan Ali, Dok?" tanya Pak Heru. Ia buru-buru menghampiri ruang rapat ketika mendapat kabar bahwa ada salah satu anggota Charity Group yang pingsan. Sebagai pimpinan hotel, ia merasa sudah menjadi kewajibannya untuk memastikan bahwa semua tamunya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.

"Begini, Pak Heru. Sepertinya Tuan Ali pingsan karena beberapa kali melewatkan makan walaupun kegiatan yang ia jalani cukup padat dan melelahkan. Hal itu menyebabkan menurunnya tensi sehingga ia sampai pingsan seperti tadi." jelas Dokter Adi. Prilly yang mendengarnya sontak menoleh pada Ali dan memelototkan matanya galak. Ali memilih untuk pura-pura terpejam.

"Lalu apakah Tuan Ali perlu rawat inap?" tanya Pak Heru lagi. Ia ingin memastikan tamunya benar-benar pulih.

"Saya rasa tidak. Tuan Ali hanya butuh istirahat dan makan secara teratur. Saya juga akan memberi obat untuk menaikkan tekanan darahnya dan juga vitamin agar tubuhnya kembali segar." terang Dokter Adi. Dokter itu tampak mengeluarkan beberapa obat dari tas nya dan memindahkannya ke dalam plastik yang telah ia beri tulisan aturan minum. Obat-obat itu kemudian diletakkan Dokter Adi di meja.

"Baiklah, sepertinya urusan saya sudah selesai. Semoga lekas sembuh, Tuan Ali." ucap Dokter Adi sambil menganggukkan kepalanya.

"Terimakasih, Dokter.." balas Ali.

"Terimakasih banyak, Dok.." timpal Prilly.

"Sama-sama. Saya senang bisa membantu." balas Dokter Adi.

"Kalau begitu, mari saya antarkan keluar, Dok." ucap Pak Heru. Pak Heru pun mengkode Bu Tika dan Yudha untuk ikut meninggalkan kamar Ali. Tampaknya Pak Heru dapat membaca situasi bahwa Ali dan Prilly membutuhkan waktu pribadi untuk bicara empat mata.

"E—tapi, Pak—"

"You may take your time, Prilly." jawab Pak Heru memotong ucapan Prilly. Ali yang mendengarnya kemudian tersenyum tipis.

"Thank you so much, Sir.." ucap Ali.

Pak Heru menundukkan kepalanya.

"My pleasure, Mr Percy."

"Kami pergi dulu, ya, Prill." pamit Pak Heru yang diikuti Bu Tika dan Yudha meski ada tatapan tak rela dari mata Yudha.

Setelah itu mereka bertiga keluar dari President Suite Ali. Menyisakan dua insan yang tenggelam dalam diam namun tangan mereka tetap saling menggenggam.

"Dasar bodoh!" serbu Prilly sambil memukul dada Ali. Ia melepaskan pegangan tangan Ali dengan paksa.

"Siapa?"

"Kau!"

"Kenapa kau bisa bilang begitu?"

"Siapa yang menyuruhmu melewatkan makan? Kau pikir kau hantu, tidak butuh makan?!"

"Benarkah hantu tidak butuh makan?"

"ALI!"

"Iya, mon amour?"

Cupcake Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang