Chapter 5

7.5K 701 28
                                    

"Jadi bagaimana, hm? Apa kau sudah mulai betah di Cafe?" pertanyaan Anne menyambut Ali yang baru saja pulang.

"Sudahlah, Ann. Kakek barusan menelefonku untuk menanyakan hal yang sama. Apakah tak ada topik lain? Aku sedang lelah." Ali menghempaskan tubuhnya di sofa dan mengambil piring berisi pancake milik Anne.

"Baiklah, aku akan mengganti topiknya. Mari kita membicarakan Prilly. Bagaimana? Dia cantik bukan?"

"Cantik itu relatif." Ali menjawab diselingi satu suapan pancake masuk ke dalam mulutnya.

"Dan menurutku dia biasa saja." sambungnya, walau dalam hati ia pun tak yakin dengan jawaban itu. Terlebih jika mengingat mata hazel Prilly yang cantik.

"Ck. Kau memang aneh! Tidak tahu kah kau bahwa diluar sana banyak yang mengejar-ngejar Prilly?" Anne menatap kakaknya tak habis pikir. Ali menaikkan alisnya.

"Kenapa ia dikejar-kejar? Apa Prilly memiliki banyak hutang?"

"KAK! Aku sedang tidak ingin bercanda." Anne mencubit lengan Ali yang berada di sampingnya.

"Baiklah-baiklah." Ali mengangkat tangannya kemudian pandangannya beralih pada televisi di hadapan mereka yang menampilkan kartun Mickey Mouse kesukaan Anne. Ali menggeleng pelan kemudian mencubit gemas pipi adiknya.

"Kau sudah sebesar ini masih tetap saja menonton kartun konyol!"

"Mickey Mouse bukanlah sesuatu yang konyol, Kak! Lagipula apa salahnya!" Anne berusaha membela diri sendiri. Tangan kanannya sigap meraih remot TV yang semula berada di meja. Ia sudah tahu jika Ali pasti berniat mengganti channel TV.

"Oh, come on, Ann. Kau tahu aku tak suka kartun."

"Diamlah dan habiskan saja pancake ku. Sebagai gantinya, kau harus tetap tahan menyaksikan Mickey Mouse yang sangat menggemaskan ini."

Ali mendengus kesal namun menuruti apa yang Anne katakan karena memang tak bisa dipungkiri bahwa pancake buatan Anne selalu enak dan menggugah selera Ali.

"Tapi walau ia cantik dan memiliki banyak fans, aku kasihan pada Prilly karena ia baru saja mengalami patah hati." gumam Anne, menyambung obrolannya yang sempat terputus tadi. Mendengar itu, Ali yang semula sibuk dengan pancakenya kontan menatap Anne walau adiknya masih fokus menonton TV.

"Patah hati?" tanya Ali. Anne mengangguk.

"Pacarnya yang sangat ia sayangi ternyata selingkuh di depan matanya sendiri."

"Lalu sekarang bagaimana?"

"Ya sudah dipastikan hubungan mereka kandas. Dan Prilly diam-diam masih sering menangisi laki-laki tak tahu diri itu. Bagaimana tidak? Mantan Prily dan selingkuhannya itu beberapa kali datang ke Neivel Cafe hanya untuk memamerkan kemesraan mereka pada Prilly."

Ali mencerna kata-kata Anne yang kemudian mengingatkannya pada momen pertama kali ia bertemu Prilly.

'Jadi sepasang kekasih yang meminta agar pesanan mereka diantar oleh Prilly adalah mantannya dan si selingkuhan? Prilly yang malang.'

"Gadis yang malang."

"Ya. Maka dari itu aku berniat menjodohkan dia denganmu, Kak!" Anne menggelayut di lengan Ali dan memasang wajah sok imut dengan cengiran lebar. Poni nya yang bergerak menutupi dahi membuat Anne tampak manis dan lucu. Tapi sayangnya Ali tidak terbuai.

"Anne, stop menjodoh-jodohkan aku dengan si Head Chef!" Ali meraup wajah adiknya dan memencet hidung mancung Anne.

"Aduh! Sakit!" Anne mengusap hidungnya yang kemerahan tapi sebentar kemudian gadis itu kembali tersenyum.

Cupcake Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang