"Mau apa? Kenapa tidak bilang lewat telefon saja?" sungut Prilly ketika mendapati sosok bosnya muncul dari balik pintu yang berhubungan langsung dengan ruang beliau.
Hari ini cuaca cukup cerah dan membuat Prilly bersemangat. Ia tak ingin positive vibe tersebut hangus seketika karena ulah Ali yang masih pagi-pagi begini sudah berkunjung ke Cake's Room.
"Hei, santai. Bukankah kemarin kita sudah berbaikan?" tanya Ali sambil tersenyum penuh harap. Prilly mendengus.
"Oh ya? Kapan? Sepertinya aku tak ingat." gadis itu menerawang seakan melupakan sesuatu. Ia berjalan kesana kemari menata meja kerjanya tanpa mempedulikan Ali yang memandang gadis itu dengan kagum.
"Kau sedang apa? Bukankah diluar belum ada pelanggan?" tanya Ali menghiraukan ucapan Prilly yang sebelumnya.
"Ya, memang belum ada pelanggan. Namun aku harus mempersiapkan bahan dan keperluan yang nanti akan kugunakan, bukan?" balas Prilly acuh.
"Hmm. Benar juga." Ali berdeham sebentar kemudian menatap sekelilingnya. Apa istimewanya tempat ini? Tapi mengapa Prilly tampak begitu bahagia jika sudah berada di sini? Aura gadis itu berbeda jika ia sudah berada di Cake's Room dan entah mengapa aura itu membuat Ali betah berada di dekatnya.
"Ngomong-ngomong, aku belum sempat mengucapkan terimakasih padamu." lanjut Ali.
Prilly menghentikan aktivitasnya mengelap meja kerja dan menatap Ali sekilas.
"Terimakasih? Untuk apa?"
"Terimakasih karena kau telah menolong kakek ku waktu itu."
Prilly menghela nafas dan tersenyum.
"Oh, itu. Tak masalah. Tuan Marius sudah kuanggap seperti Kakek ku sendiri. Aku selalu rindu Kakek ku jika menatap beliau."
"Memangnya kakekmu berada di mana?"
"Indonesia. Keluarga ku semua berada di Indonesia."
"Indonesia?" Ali mengerutkan keningnya. Rasa-rasanya baru pertama kali ia mendengar negara tersebut.
"Ya. Pasti kau tidak tahu. Indonesia adalah sebuah negara di bagian Asia Tenggara, dengan Jakarta sebagai Ibukota nya." terang Prilly.
"Ah, Jakarta. Aku pernah memiliki seorang klien yang berasal dari Jakarta. Tapi aku pun tak tahu dimana itu." Ali menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Jadi, kau adalah orang Indonesia?"
"Bisa dibilang begitu. Ayahku seorang berdarah Australia walau kini sudah menjadi warga negara Indonesia mengikuti Ibuku yang memang asli Indonesia."
"Pantas saja aku beberapa kali mendengarmu berbicara bahasa asing..
Dan kau bilang-- semua keluargamu tinggal di Indonesia?"Prilly menghela nafas dan lagi-lagi menghentikan aktifitasnya.
"Apakah hari ini ada jadwal interview dadakan, Tuan?" balas Prilly malas.
"Aku hanya ingin tahu tentang para pekerja ku. Apakah salah?"
Prilly meletakkan kain lap yang baru saja ia pakai dan berjalan menuju bangku di sudut ruangan. Ali mengikuti gadis itu dan bergabung duduk di sebelahnya. Ia masih tertarik untuk mendengarkan cerita tentang kehidupan Prilly.
"Iya, keluargaku tinggal di Indonesia bersama saudara dari Ibuku tentunya." Prilly memandang lurus ke depan, teringat keluarga yang ia rindukan.
"Lalu mengapa kau memilih tetap di Darwin?"
"Aku mencintai Darwin dan Cafe ini." Prilly menoleh pada Ali dan tersenyum kecil.
Ali terdiam. Sosok Prilly yang apa adanya semakin membuat ia penasaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcake Love 2
FanficAliadrich Percy tak pernah menyukai ide Marius Percy, kakeknya, yang selalu menyuruhnya melanjutkan bisnis Cafe milik sang kakek. Walaupun ia cucu lelaki satu-satunya, namun Aliadrich lebih memilih duduk berjam-jam di belakang meja kantor, berkutat...