Prilly menyesap vanilla latte nya yang tak lagi hangat. Malam ini ia izin pulang dari Cafe lebih awal dari biasanya karena Anne ingin berbelanja ditemani Prilly.
Awalnya Ali menolak karena sebenarnya Ali pun ingin mengajak Prilly menonton di bioskop bersama tapi bukan Anne namanya jika ia tak bisa mendapat apa yang dia mau. Setelah berkali-kali memaksa dan mendesak, akhirnya Ali mengalah ketimbang harus mendengarkan suara melengking Anne yang memekakkan telinga.
"Baiklah, baiklah. Asal kalian tidak pulang terlalu larut dan menjaga diri satu sama lain." begitu kata Ali yang disambut oleh binar bahagia dari Anne maupun Prilly.
Jujur sebenarnya Prilly juga sudah mulai suntuk dengan kesibukannya akhir-akhir ini. Ia butuh refreshing untuk sekedar melupakan permasalahan Papa nya di Indonesia, walau sejenak.
Saat ini Prilly dan Anne berada di Blue Pepper. Tempat nongkrong favorit mereka berdua setelah tadi Prilly menemani Anne membeli beberapa baju di Mall.
"Jadi kau benar-benar menyayangi kakakku?" tanya Anne sambil mengunyah kentang goreng.
Prilly yang sebelumnya melamun pun terhenyak.
Ia tersenyum sebelum kemudian menjawab.
"Ya, tentu saja."
"Apa yang membuatmu akhirnya jatuh cinta pada pangeran es seperti dia?"
Prilly terkikik mendengar Anne menyebut Ali pangeran es. Jika Ali ada disini sudah pasti ia akan mencubit pipi Anne atau setidaknya mengacak rambut gadis itu sehingga membuat Anne kesal.
"Justru karena sifatnya yang begitu menyebalkan-- aku justru merindukannya ketika kami tidak bertemu." ucap Prilly sungguh-sungguh. Hatinya terasa pedih ketika ia mengucapkan kalimat itu namun senyuman tak lepas dari wajah cantiknya.
Anne pun ikut tersenyum. Ia tahu sahabatnya ini bersungguh-sungguh dan ia senang akan itu.
Tiba-tiba ponsel Prilly yang berdering dengan layar menyala membuat Prilly menoleh.
Kontak Mama nya muncul. Mama Peilly menelefonnya.
Tanpa menunggu lama, Prilly segera mengangkat telefon setelah memohon izin pada Anne yang langsung mengiyakan.
"Halo, Ma. Kenapa?"
"Halo, Prilly. Prilly-- Papa kamu.." terdengar isakan di seberang sana yang membuat Prilly semakin khawatir.
"Papa kenapa, Ma?"
"Papa nge-drop lagi, Prill. Sekarang lagi opname di rumah sakit. Pulang lah, Prill. Papa pengen ketemu kamu.."
Tanpa bisa berpikir panjang Prilly menjawab dengan ragu.
"Iya, Ma. Prilly bakal pulang ke Jakarta. Tolong bilang ke Papa kalo Prilly bakal pulang. Papa harus baik-baik aja. Papa harus kuat." ucap Prilly yang kini sudah berurai air mata.
Anne yang melihatnya kemudian mengusap lengan Prilly lembut. Anne pun tak paham apa yang menjadi masalah Prilly karena ia tak mengerti Bahasa Indonesia. Hanya saja ia yakin si penelefon membawa kabar yang tak mengenakkan.
Prilly menutup telefonnya kemudian menutup wajahnya dan menangis tersedu. Anne menarik gadis itu ke pelukannya.
"Kau baik-baik saja?"
Prilly menggeleng dalam pelukan Anne. Ia melepaskan pelukan sahabatnya dan menatap Anne nanar. Anne bisa melihat kesedihan mendalam di mata Prilly.
"Aku harus pulang ke Indonesia, Anne. Dan kemungkinan besar aku tak akan kembali ke Australia.." ucap Prilly diselingi isakan.
Anne membelalakkan matanya dan menutup mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcake Love 2
FanficAliadrich Percy tak pernah menyukai ide Marius Percy, kakeknya, yang selalu menyuruhnya melanjutkan bisnis Cafe milik sang kakek. Walaupun ia cucu lelaki satu-satunya, namun Aliadrich lebih memilih duduk berjam-jam di belakang meja kantor, berkutat...