#10

2.7K 152 15
                                    

Eunji sudah bersiap-siap malam ini. Ia sudah memakai topi, hoodie kesayangan, dan celana training hitam serta sandal jepitnya. Ia menjalankan mobil yang seharusnya tidak diperbolehkan ia membawa mobil oleh sang Ayah.

Siang hari dihari Sabtu tadi, ia sudah menutup plat nomor mobilnya. Ia sudah yakin kalau sang Ayah ada disiang hari dirumah, maka ia akan menghilang dimalam hari.

Pandangannya terus fokus ke depan, ke arah mobil yang dibawa sang Ayah. Warna ungu dipipi kirinya masih setia menempel. Sudah dua puluh menit ia menyetir, dan tiba-tiba Ayahnya membelokan mobilnya ke arah perumahan. Mobilnya mulai mengurangi kecepatan karena menyesuaikan mobil Ayahnya didepan.

Tepat didepan gerbang, Eunji melihat kalau mobil sang Ayah berhenti. Ia mematikan lampu depan mobilnya dan menyembunyikan wajahnya dibalik hoodie dan topi. Sudah lima menit Eunji menunggu didalam mobil dengan perasaan campur aduk.

Seorang wanita dengan dress selutut berwarna merah sepadan dengan jas hitam yang dipakai Ayah Eunji tadi. Eunji terus berusaha mengenali wajah wanita itu, tapi ia samasekali tak mengenalinya. Dari sudut matanya mulai muncul butiran air, untuk saat ini hati Eunji sangat hancur. Ayahnya mengkhianatinya.

"Ayah janji ya jangan pernah ninggalin Bunda"
"Sekalipun Bunda ninggalin Ayah, Ayah akan tetap mencintai Bunda"

Ucapan sepuluh tahun lalu ini ternyata hanya ucapan untuk menghibur Eunji yang saat itu baru berhenti menangis karena sang Bunda baru saja meninggalkannya.

Mobil sang Ayah mulai berjalan, Eunji berniat untuk kembali pulang. Ia sudah tahu kemana sang Ayah akan pergi malam ini. Eunji mulai menggaskan mobilnya pelan sambil memperhatikan rumah si wanita tadi. Ia melihat lelaki seumurannya yang berlari dengan mengetik sesuatu diponselnya dengan mata terus fokus melihat ke arah plat nomor.

Mata Eunji tak berhenti memperhatikan siapa yang sudah mencatat plat nomor Ayahnya. Dengan seketika Eunji mengeremkan mobilnya tepat didepannya yang sedang menutup gerbang.

Eunji mulai menangis lagi, ia keluar dan menutup pintu mobilnya dengan keras. Ia bisa menebak, kalau yang mencatat plat nomor Ayahnya itu adalah anak dari wanita tadi.

Dari dalam gerbang, ia diam mematung dan kebingungan karena tiba-tiba saja Eunji berada didepan rumahnya sambil menangis. Bagaimana Eunji bisa tahu rumahnya?

Ia membuka gerbangnya kembali dan berjalan keluar menghampiri Eunji. "Lo kenapa Ji?" ia berjalan ragu.
"Lo anak dari wanita baju merah tadi?" Eunji berusaha tegar. Ia mengangguk perlahan dan kemudian Eunji mulai menangis kembali.

Mata Eunji terlihat sembab lagi, sekarang ia tengah duduk dikamar Jinan yang notebanenya adalah anak dari wanita tadi. Malam ini tatapan Jinan dan Eunji kosong, ia tak menyangka satu sama lain kalau ternyata Ayah dan Bunda mereka terjalin hubungan.

"Arghhhhhhhhh!" Jinan mengacak-ngacak rambutnya. "Anjing!" teriaknya.

Rumah Jinan selalu tampak sepi, sama seperti rumah Eunji. Bedanya, Eunji mempunyai orang rumah yang akan membantunya, sedangkan Jinan hanya berdua dengan sang Bunda.

"Lo tadi nyatet plat nomor Ayah gue?" tanya Eunji.
"Lo tau?"
"Gue ngebuntutin mobil Ayah, pas dia mau berangkat bareng, gue lihat lo lari keluar sambil ngetik hape"
"Tadi gue baru aja mau nyuruh temen-temen gue buat nyelakain dia" ucap Jinan dengan rasa sedikit bersalah. "Tapi gak jadi, ternyata lelaki yang gue benci adalah Ayah lo"
"Dan ternyata wanita yang gue benci juga adalah Bunda lo"

***

Eunji melangkahkan kakinya dikoridor sendirian, ia sudah meminta izin untuk ke kamar mandi sepuluh menit sebelum bel istirahat dibunyikan. Sekarang warna ungu dipipinya mulai memudar, tetapi Eunji masih dengan tampilan yang bukan mencerminkan Eunji yang dulu.

Someting Of Beautiful [Kim Hanbin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang