Someting Of Beautiful [Kim Hanbin]

#13

Pria yang mempunyai perawakan tubuh yang gagah dan tinggi sedang berjalan gontai ke arah kamar anaknya, Eunji.

Ia memperhatikan setiap sudut ruangan yang sudah tidak lagi dihiasi warna biru, melainkan warna khaki yang terlihat lebih santai dan tenang, seluruh pernak perniknya sudah Eunji simpan digudang beberapa hari yang lalu sepulang dari rumah Jinan.

Eunji sudah tidak menyukai warna yang dulu jadi favorit Ayah dan Bundanya. Satu-satu alasannya adalah karena Ayahnya. Sang Ayah sudah mengingkari janjinya sendiri, ia sudah mulai berpaling dan mempunyai tambatan hati baru.

Mata Gihyun memperhatikan satu foto besar yang masih Eunji simpan dikamarnya. Foto Eunji, Gihyun, dan Istrinya sepuluh tahun lalu. Saat Eunji baru masuk sekolah selama dua tahun. Cinta pertamanya telah pergi karena mengidap penyakit hati atau istilahnya liver.

Dulu Eunji hanya tahu kalau Bundanya sedang mengunjungi awan. Sudah puluhan bahkan ratusan kali Eunji ingin terbang ke awan untuk menyusuli Bundanya.

"Ayah! Eunji udah diawan, tapi kenapa gak ada Bunda sih?"

Pertanyaan ini selalu terngiang sampai sekarang. Ia bertanya pada saat didalam pesawat sepuluh tahun lalu, Eunji melihat begitu banyak awan tetapi tetap tidak menemukan Bundanya.

Pintu kamar Eunji terbuka, dan didapati putrinya yang sudah pulang lebih awal dari jam pulang biasanya. Ia berjalan tanpa menghiraukan Ayahnya yang sedang berada dikamarnya. "Kamu kenapa ngerubah warna kamar?" tanya Gihyun.

"Eunji udah gak suka warna biru" ia berjalan dan menyimpan tasnya disofa. "Ngapain Ayah dirumah?" tanyanya datar.
"Ayah lagi gak ada kerjaan"
"Kenapa gak jalan aja sama calon Ibu Eunji?"
"Eunji!"
"Apa!"

Gihyun terduduk lagi, ia berusaha menenangkan dirinya. Gihyun tahu penyebab putrinya berubah itu karenanya. Karenanya yang sudah jarang memberi waktu, yang sudah mulai tidak memperdulikannya lagi seperti dulu.

"Ayah merasa kalau kamu bukan Eunji yang dulu"
"Eunji juga. Ayah udah bukan lagi Ayah yang dulu, jadi apa salahnya kalau Eunji juga berubah jadi Eunji yang baru?"
"Ya tapi kenapa harus gini? Kenapa harus dengan cara mengecewakan Ayah?"

Eunji berusaha menahan airmatanya ketika sang Ayah mulai mengeluarkan butiran air disudut matanya. "Kalau Ayah berubah, kenapa Eunji gak boleh? Kenapa Eunji harus mengikuti semua kemauan Ayah? Sementara Ayah? Ayah aja lupa kan sama janji kita dulu!" Eunji mulai meneriaki Ayahnya yang juga sudah mulai menangis.
"Eunji.. Pahami Ayah, Ayah gak selamanya tetap gini. Eunji juga, gak selamanya milik Ayah. Ada saatnya kamu dimiliki pria lain, pria pilihan kamu. Saat putri Ayah udah beranjak dewasa, yang Ayah takutkan itu kamu mulai mencintai pria lain selain Ayah"
"Tapi kenapa harus dia? Kenapa Ayah milih dia?"
"Nanti kamu bakal tau, kalau cinta tidak memiliki alasan. Apapun itu, siapapun itu, bahkan hal yang kamu bencipun akan berubah menjadi cinta" Gihyun menarik Eunji ke pelukannya. Tangisan Eunji semakin keras, ia masih tidak akan menerima jika ia mempunyai orang tua baru, begitupun juga Jinan.

Jinan yang tidak masuk sekolah hari ini sedang memainkan ponselnya, seseolah mengabaikan suara Bundanya yang sedari tadi masuk ke telinganya.

"Jinan denger Bunda kan?"
"Jinan gak butuh Ayah! Bunda udah kaya ngapain sih masih cari cowok?"
"Jinan! Jaga ucapan kamu!"
"Bunda juga! Kenapa sih gak ngertiin aku? Dan kenapa juga harus pria itu?"
"Kamu yang gak ngerti posisi Bunda. Disaat kamu sudah mempunyai pilihan hati, lalu Bunda larang. Apa perasaan kamu?"
"Ah bodo lah! Terserah!"

Jinan menutup pintu kamarnya keras, ia keluar meninggalkan Bundanya yang terus bersihkeras untuk menyetujui hubungannya dengan Gihyun.

Ia terus fokus mengendarai mobilnya tanpa arah tujuan. Sepintas ia teringat Eunji yang pikirnya pasti sedang kesepian dikamar sendiri. Jinan segera menepikan mobilnya dan menelpon Eunji. "Hallo!"