17. Usaha yang sia-sia

292 36 15
                                    

[tau orang gila mau ujian.

ya itu gue.

Masih sempet up padahal udah sibuk. wkwk.]

***

Gimana kabarnya lomba kebersihan kelas?

Hari ini, bakal diumumin yang menang. Padahal hari masih terlalu pagi buat ngomel-ngomel gak jelas akibat panas matahari yang bikin kulit gue yang item makin gosong. Tapi guru kayaknya nggak punya ati deh.

Ini masih jam Tujuh.

Dikata upacara apa?! Padahal juga cuma pengumuman lomba kebersihan kelas. Tapi ributnya kayak mau ngadain resepsi nikahan. Udah dari pagi, temen kelas sebelah rame. Ngomongin siapa yang nanti bakal jadi pemenangnya.

Kelas inilah...

Kelas itulah...

Sampe berakhir pada rumor yang menyebar. Padahal cuma HOAX. Heran aja gitu, mulut kok kayak ember bocor. Sini, ku tambal pakek lakban cap impor-ekspor. Biar kuat dan tahan lama.

Oke lupain, grup lambe turah itu.

Sekarang kita fokus aja ke pidatonya bapak kelapa sekolah.

Salah..

Maksudnya bapak Kepala Sekolah yang terhormat dan termashyur. Beliau menjelaskan tempat inilah, sampah dan sebangsanya. Kuman, Adiwiyata, sampai pikiran gue melayang bayangin sambel emak gue yang lagi menunggu penuh kehikmatan. Minta segera dimakan.

Semoga nggak ada kucing yang nyolong nih.

"Sekian pidato singkat dari saya. Selanjutnya, dilanjut dengan pengumuman tiga besar kelas pemenang lomba kebersihan dan tata hias kelas."

Ini kebiasan guru yang minta di slepet ubun-ubunnya.

Masa pidato panjang kek ular ngantri sembako, dikata masih singkat aja. Bayangin aja, kalo singkatnya aja kek begitu. Kalo panjangnya gimana dong? Apa kek ular antri sembako kuadrat seratus ya.

hilih, bodoh amat.

lanjut, ke acara inti. Yang ditunggu-tunggu cem gebetan yang nggak peka. Wkwk. Tapi iya sih.

Jadi Kelas 11 MIPA 2 pede banget buat nyabet salah satu tropi kemenangan yang terpajang di atas podium sana. Jelas lah. Anaknya Pak Bambang terhormat, jelas punya kepercayaan diri yang overdosis.

Kandidat pemenanganya itu ada tiga; pertama Kelas 11 MIPA 1, maklum diantara banyak kelas di SMA Cendekia. Cuma 11 MIPA 1 yang kalem. Dan paling nurut, serta dipuja-puja.

Nggak tahu aja mungkin mereka dalemnya kayak apa? Eh, Wkwkwk.

Terus kandidat yang kedua; Kelas 11 MIPA 2. Yoi, Kelas tersayang dan tercintahh punya gue. Eh, salah punyanya Pak Bams. Kelas kita udah usaha keras banget. Udah keluarin uang kas sekitar 500 ribu. Juga udah ngecat sana sini.

Pastilah kelas kita menang.

Aminn.

Dan kandidat ketiga itu; 11 IPS 2. Btw, kandidatnya anak 11 semuanya ya? Wkwk. Nih anak IPS kenapa bisa masuk kandidat. Ya, karena ⅔ dari anak kelas mereka itu jago gambar seni semua. Kayak artworker, graphic addict, seniman, street art.

wah ngumpul di 11 IPS 2 semua.

Jadi kelasnya dihias se-apik mungkin. di kasih mural hitam putih, di kasih minion, dikasih apa aja.

Asal bukan tayi.

Wkwk.

"Setelah dua minggu masa penjurian dimulai untuk menentukan pemenang. Akhirnya Tim Juri, yang diketuai Pak Purwanto, dengan Anggota Bu Farida dan Bu Agustian. Telah menentukan tiga besar pemenang."

Semua di lapangan seolah hikmat dengerin. Sambil jampi-jampi supaya kelasnya menang.

"Juara 3 di raih oleh kelas 10 IPA 3."

Lah...

kok nggak sesuai ekspetasi.

"Harap perwakilan Kelas 10 IPA 3 maju. Dan baiklah, Juara 2 diraih oleh kelas dengan tema adiwiyata tujuan kita bersama. Yakni kelas 10 IPA 1."

Anjayyyy....

Ini kapan kita dipanggilnya kok tai.

"Dan juara 1, dengan Hadiah 1 unit trophy bergilir tiap tahun. Juga alat tulis, beserta hadiah uang sebesar lima ratus ribu rupiah.

Diraih oleh....







jeng-jeng-jeng





















































jeng-jeng-jeng

Musim baru bermula kini. Hidup aku menyumbang bakti. (nanyi ala upin ipin).














































"10 MIPA 2."
















HOAX!

Bener.

Masak sih. Ini tiba-tiba aku membau sebuah persengkongkolan yang tidak bersih.

Ah pantes aja.

Semua wali kelas dari kelas yang disebut tadi merupakan Waka dibidang masing-masing. Ku yakin, ini ada unsur koneksi juga unsur Nepotisme.

Anjay banget.

Percaya kalo wali kelas mereka emang guru yang berpengaruh besar buat administrasi sekolah. Tapi yang Clear dong. Mana ada kelas banyak sarang laba-laba, terus kayak hutan rimbun gegara di kasih tanaman ijo mulu di kelasnya dibilang bersih.

Udah kaca belakangannya pecah. Cat tembok pun ngelupas semua.

Dan, satu lagi.

Kelasnya NGGAK ADA BERSIH-BERSIHNYA.

Awalnya kita semua pingin protes. Yaiyalah, Nggak terima woey. Minta di slepet satu-satu dewan jurinya. tapi Pak Bams dateng ke kelas kita. Bawa nasi kotak.

Eh mana ada. Dia mah bawa tubuh doang.

Dan beliau bilang. "Saya nggak menuntut kalian semua buat menang. Lagi pula bersih - bersih kelas yang selama ini kalian lakukan itu juga buat kenyamanan kaliam sendiri. Biarin kelas lain mau protes. Yang penting kalian jangan, itu makin membuat kelas kita terpandang jelek.

Kita udah usaha keras. Mungkin Tuhan belum ngasih sama kalian. Nggak perlu patah semangat.

Ini cuma soal lomba kebersihan. Nggak papa."

Ok, kita emang diajarkan untuk lapang dada. Karena semua ada hikmahnya. Walau kutahu kau pun merasakanya. Woooooooo Woooo.

Paragraf atas emang gaje poll.

Jadi intinya, usaha kita nggak sia-sia kok. Hikmahnya kita makin bisa deket, saling kenal. Dan saling paham.

Karena nggak ada usaha yang akan berakhir sia-sia.

***











©

2018

[ini dapet thetering dari temen woy. h3h3 ngakak!.
Salam, Isnah]

Kelas ArchimedesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang