[]
***
Kembali seperti dulu...
Gue nggak pernah membayangkan betapa capeknya kalo suatu saat nanti kelas ini tiba-tiba kembali seperti dulu. Kita yang saling nggak kenal, kita yang saling nggak tahu masing-masing. Dan kita yang harus debat, bacod, sampai bertengkar lagi.
Gue nggak pernah membayangkannya.
Dan ya, hal yang nggak pernah bayangin terjadi.
Asing.
Baik gue, Risma, Jeje, Okta, semuanya asing. Ah, jangan lupain Haris. Semenjak dia ngomong -lebih tepatnya mengaku ke gue. Ibarat asap diterpa hujan, dia langsung hilang. Bahkan sampai hari ini dia nggak dateng. Dan selalu absen.
Kelas Archimedes yang bangsat, nyeleneh, aneh, gila.
Kini rasanya hilang tak bersisa.
"Kalo marah jangan pagi-pagi begini. Kemarin ada tetangga gue pas pagi marah-marah, eh besoknya malah meninggal. Lo mau juga kayak tetangga gue?"
Ingatan gue mengelana balik ke masa lampau. Saat kita awal kenal, saat oita awal akrab. Saat kita masih saling benci bencian.
"Lo yang nyolong duit buat pensi kan? Ngaku aja lo!"
"Woy, jangan giniin dia. Ini kita sama aja kayak membully dia. Kita harus tanya dia baik-baik. Jangan terus disiksa. Ntar dia gila gimana. Jangan pake kekerasan."
"Halah, tukang nyolong kayak dia."
Gue memang sangat kangen bertengkar lagi. Gue memang sangat rindu buat adu bacot lagi. Tapi jangan buat kejadian di atas ke ulang lagi. Capek kita ngelaluinya. Capek harus bertengkar, nangis bareng di kelas. Sampai nggak masuk pelajaran fisika. Gue nggak pingin kejadian kayak gini terulang lagi.
"Wah panitianya nggak adil. Kita udah berusaha sekeras ini masak nggak menang. Emang si KKN."
"Lah iya, masak kelas 10 sama 12 aja yang menang. Padahal kelas kita mah nggak kalah bersih."
"Woy anjer! Panitia sama juri nya kek anjing semua."
Gue kangen kalian mengumpat bareng. Mengumpat buat nyumpahi juri lomba kebersihan kelas yang nggak menangin kelas kita. Gue kangen, tapi gue nggak mau mengulangi itu lagii dari awal. Cukup satu kali, dan itu yang paling berkesan buat kita semua.
"Gue mau kaos yang ala-ala Korea."
"Yang panjang aja."
"Yang nggak ada logo sekolah nya biar bisa dibuat main ke mall."
"Heh! Gue yang bagian nyablon ya terserah gue."
"Kita buat jaket ajalah."
Rindu dengan bacot kalian. Dengan kita yang debat buat nentuin kaos tahunan apa yang kita bikin dan berakhir cuma wacana saja. Ya, gue rindu. Tapi jangan diulangin, gue nggak mau tengkar lagi sama kalian cuma karena perkara kaos.
"Halah UTS dapet ngelihat buku aja bangga."
"Nilai 94 dapet lihat buku aja bahagia."
"Gue mah nilai kecil gaapa, asal usaha sendiri."
Iya, gue kangen sama bacot kalian soal nilai UTS. Gue pingin ikut membela diri juga. Tapi jangan diulangi lagi, rasanya capek dan sakit hati. Jangan.
" Woy, Bencana alam woy!"
"Cepet masuk kelas!"
"Alah, anaknya yang punya uang saku 5 juta kan ya?"
"Yang diajak ke bali kan ya?"
"Yang gaboleh makan tempe sama tahu kan ya?"
Sampai sehafal itu kita sama Pak Bencana Alam ini. Sampai se-detail itu kita tahu kebiasaanya. Sampai kita ingin jadi anak kesayangannya supaya dikasih duit. Iya, tapi jangan diulangi lagi. Terlalu berat kalo kita harus kenal dia dari awal.
"Adinda yang sering alfa kan?"
"Adinda kenapa gamasuk lagi?"
"Kasih tahu kek, kalo alfa ntar gak naik baru tahu rasa."
Kita bahkan sampai saling tahu menahu tentang latar belakang keluarga kita. Kita bahkan sampai hafal dengan semua tingkah laku kita. Dan kita sudah tahu bagaimana cara menyikapi karakter ini dengan karakter itu. Tapi jangan diulang lagi, bertengkar itu bikin sakit hati.
"Farah, aku rasa Alta bener. Yang bermasalah bukan cuma kita. Tapi kamu juga. Kamu juga harus sadar, harus tahu. Jangan ngekang kita. Kita bukan anak buah mu."
"Oh ya, adinda alfa punya alasan. Klo keadaan dia nggak begini. Nggak mungkin juga dia mau alfa seenaknya."
"Farah, kamu juga harus introspeksi diri "
Kelas kita terlalu banyak kenangan sampai yang diam pun ikut bersuara. Kelas kita terlalu punya banyak macam-macam keadaan sampai kita bisa saling tahu. Kelas kita punya banyak cerita. Kelas kita punya banyak duka dan suka cita.
"Bazar terbaik nih kita."
"Flashmob kita juga bagus."
"Weh, beneran nih."
Iya, kelas kita memang terbaik.
"Alah bacod!"
"Akhirnya saya tahu kenapa kelas ini punya solidaritas buruk, karena wali kelasnya pun buruk."
Kita kangen dengan aksi heroik Haris. Kita kangen dengan Pak Bams yang ngomel. Kita kangen sama guru-guru yang nasehatin kita. Tapi jangan diulang lagi.
Jangan.
Gue nggak mau kita kembali seperti dulu.
Gue nggak mau kita mulai dari nol lagi.
Gue nggak mau...
Cukup Bang Firman yang bikin gue down. Jangan kelas ini. Jangan, gue mau berjuang buat kelas ini. Gue nggak mau nyerah, gue nggak bakal nyerah sama kelas ini.
Jadi tolong kelas, jangan bikin gue nyerah.
Jangan kembali seperti dulu.
***
[Ini part apaan sih. Hehe, agak gajelas. Tapi ini terinspirasi dari satu chat milik temen gue di grup lama kelas (tapi gue nggak masuk grup nya, :()
Dan tiba-tiba. bOoM! Muncullah ide untuk part ini. Makanya agak nggak jelas, tapi gue harus cukup memutar ingatan gue satu persatu.
Ya maaap ya aku memang selalu mengecewakan.
Jangan lupa bahagia temen-temen.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Archimedes
Teen Fiction11 MIPA 2. Kelas ter-bangsat yang pernah gue kenal. Kenapa gua nyebutnya Archimedes? Karena kelas ini tuh gak jelas. Kalian tahu kan 3 posisi benda dalam air yang dikemukakan Archimedes. Benda terapung, melayang, dan tenggelam. Kelas gue itu kayak b...