Kelas Archimedes

437 29 13
                                    

Kelas Archimedes...

Berjuta cerita...

Berjuta tawa...

Berjuta duka...

Kelas dimana nggak mandang siapapun lo, asal mau temenan ya ayok.

Kelas dimana nggak peduli lo siapa, ada yang mau gabung ya ayok.

Kelas berjuta macam-macam manusia di dalamnya. Bahkan sangking banyaknya, sampai-sampai ada yang bentrok.

Kelas dengan banyak luka. Namun, hilang kalo dibuat ketawa bareng.

Kelas yang...

Entahlah, terlalu banyak kenangan di kelas ini. Suka duka, bangsat, seneng, ketawa sampai-sampai nggak ada hal spesifik yang perlu gue ceritain soal kelas ini.

Suga...

Asik, humornya bikin hangat kelas kita.

Risma....

Baik, hangat, konyol, agak-agak tolol. Tapi nyenengin dan selalu buat kelas kita kompak.

Haris...

Bodoh, goblok, sok ganteng. Tapi tanpa dia kayaknya kita bukan Kelas Archimedes.

Kembar...

Kaleng bocor, suaranya kayak TOA masjid. Tapi, tanpa mereka kelas bakal sepi dan diam.

Lia...

Judes, mukanya galak. Bahkan kalo ngomonh kadang ngga disaring. Tapi tanpa dia, nggak bakal kita tengkar sama kelas sebelah cuma karena solidaritas.

Budi...

Tanpa ketua kelas yang bego-bego ngeselin kayak dia. Kita nggak bakal jadi Kelas Archimedes. Tanpa sumbu pendek yang sekali disulut aja ngajak tawuran, kita nggak bakal tau rasanya kelabakan karena temen kita nantangin berantem kelas sebelah.

Farah...

Bu wakil ketua yang selalu jadi panutan bacot-nya. Tanpa dia kita bakal kayak anak ayam yang lepas kandang. Gatau jalan pulang.

Dan rasanya tuh sesek, saat kita nggak lagi bareng-bareng untuk kedepannya.

Rasanya tuh nggak rela.

Kelas Archimedes.

Kelas 11 MIPA 2.

Unggulan kedua.

Kelas nggak kompak.

Kelas-nya anak narkoba.

Kelas yang suka ngomongin anaknya mbak jualan soto.

"Al."

Hari itu Haris duduk di sebelah gue. "Selamat atas kemenangan lo. Juara 1 se-angkatan. Lo hebat."

"Kelas kita lebih hebat."

Haris hanya tersenyum pelan. "Rasanya baru kemarin gue ditampar Pak Bams Ta. Rasanya baru kemarin gue nyobek buku lo. Gatau nya udah pisah ya? Secepet itu. Bentar lagi pasti fokus ujian, nggak bakal ada momen momen gesrek kayak kelas 2 SMA lagi."

"Ris..."

Dan lelaki itu noleh kearah gue yang mandang papan tulis.

"Pernah nggak, lo ada niatan buat keluar dari kelas ini pas pertama kali?"

Samar-samar gue ngelihat dia ngangguk. "Iya pernah. Berkali-kali malah. Karena ya awalnya gue pikir kelas ini tuh banyak konflik. Terlalu banyak melodrama."

Gue menatap dia sendu. "Bayangin, kalo waktu itu lo beneran pindah dari kelas ini. Bayangin, kalo waktu itu-"

"Gue nggak tahu."

Haris menatap kosong udara di depannya.

"Gue nggak tahu. Karena sejauh ini, kelas ini telah membentuk gue. Telah ngerubah karakter gue. Telah membuat gue kenal arti temen tuh kayak gimana. Telah membuat gue paham rasanya sakit, rasanya jatuh, rasanya ada konflik, rasanya ditampar. Gue nggak tahu kalo gue beneran pindah kelas." Senyum Haris melirih, pun saat dia menatap gue. Dalam banget.

"Gue pernah nganggep ini kelas bangsat Ris. Iya bangsat-nya keterlaluan, sampai gue nggak ingin pisah."

"Karena nanti bakal kangen gue ya?"

"Idih!"

"Ya terus apa? Kangen Budi? Yaudah sana komitmen sama Budi aja. Jangan sama gue."

"Apa sih lo!"

"EKHEM!"











"Jadi kalian udah komitmen-an? Kok gak bilang-bilang Risma? Jadi Alta sekarang gitu? Mainnya sembunyi-sembunyi."

"Tau tuh Alta!" Haris ikut menyalahkan gue. Dengan marahnya gue kembali menarik rambutnya yang tebel kayak sapu ijuk. "Seenaknya ya lo nuduh gue! Yang ngajak siapa! Heh!"

"Iya-iya ampun Ta!"

"Duh mbak Alta, jangan gitu. KDRT loh!" Risma ikut membela Haris yang lagi kesakitan.

"Iya Ta! Lepasin rambut gue baru gue cuci kusut lagi ntar. Itu temen-temen juga mau foto. Lepasin ya Alta!"

Gue melepaskan jambakannya. Terus beralih mengandengnya, mengajaknya foto.

























1...

2....

3...

Cekrek!















Makasih...

Makasih ceritanya...

Makasih suka dukanya...

Makasih bahagianya...

Makasih sedihnya...

Makasih setahunnya....

Kelas Archimedes.

***

— The End —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— The End —

Kelas ArchimedesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang