24. Yang tak dianggap

290 32 188
                                    

[Kalian nunggu nggak sih? Kalo nunggu, nunggu in bang Haris Erlang Alif Janata ya. Iya dong, soalnya dia jodohku.]

Bentar, gue punya meme

Bentar, gue punya meme

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
































***

"Cukup Ris!"

"Okta!"

Semua siswa berseru dan langsung menolehkan pandangan ke Okta yang kini mencekal tangan Haris buat nggak nampar tuh muka item nya Pak Bams. Sedang Haris sendiri masih menatap Pak Bams nyalang. Penuh emosi dari setiap inci mata legam nya.

Haris Erlang Alif Janata.

Siapa sih kelas Archi yang kenal sama tingkah tuh anak?

Kadang bisa bobrok dan dingin dalam waktu bersamaan. Haris itu tipe orang suka marah. Suka ngelihat sekitar nya bodoh amat. Masak ada satu komplotan ngajak gelud anak kelas. Si Haris justru tidur leha-leha di kelas. Haris itu pinter, suka menyepelekan.

Dan yang paling ditakuti anak-anak kelas. Kalo ada yang cari masalah sama Haris. Dendamnya kebawa sampai mati.

"Guru nggak becus kayak gini. Gak bisa dibiarin kayak gini," ketus Haris memberontak.

Si Okta menghela nafas perlahan. "Nggak kayak gini Ris. Kalo lo cuma nampar dia. Nggak akan sadar dia. Justru lo yang bakal masuk BK. Jangan kotorin tangan lo cuma buat hal nggak berguna."

Mantull!!

Pak Bams tertohok. Diam, masih menatap Okta sama Haris yang mukanya merah padam. Beliau tersenyum miring sejenak. "Mulai detik ini. Saya nggak pernah mau menganggap kalian tanggung jawab saya."

Nggak ada yang bereaksi. Nggak ada yang berkomentar. Semua diem. Toh, sama saja. Pak Bams ada nggak ada tetep kita semua nggak bakal diperhatiin. Toh, tetep aja beliau nongkrong di pasar rebo. Tanpa mau ngelihat kita. Peduli kita.

Kelas ArchimedesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang