23. Tugas dan Tuntutan

268 32 107
                                    

[hai aku balek. Selamat berpuasa yaa. Boleh minta tolong baca author note ku nggak dibawah.]



]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



















***

Waktu bergulir cepat. Badai terbesar —menurut kita udah terlewati sempurna. Namun, satu hal kita lupain. Laut nggak selamanya tenang. Ombak-ombak akan tetap menghantam. Pasang surut itu ada. Hidup itu perjalanan, nggak selalu mulus.

Dan ini yang sedang terjadi.

Bagaikan selepas dari kandang buaya menyeramkan. Kita jatuh di kandang singa. Bukan solidaritas yang diuji. Bukan rasa persahabatan yang kuat yang sedang dipertaruhkan. Tapi, kita. Satu kelas diremehkan.

Dipandang rendah.

Guru-guru bahkan hampir mencopot gelar kelas unggulan kedua ke kita. Padahal pelajaran kita juga masih masuk. Sama Pak Bencana Alam juga nggak bikin keributan. Kayaknya, kelas kita salah mulu.

Pagi hari, waktu kunjungan wali kelas. Pak Bams selaku wali kelas kita. Kecewa, marah, sedih. Lah kita? Cuma bengong anjer. Kita gak tau kita salah apaan. Salah dimana. Langsung dituduh seolah kita salah.

Kan tai.

"Saya kecewa berat sama kelas ini. Jujur, saya sudah mendapat laporan dari banyak guru. Kelas ini bukan seperti yang saya harapkan awal semester lalu. Bu Siska juga bilang, kemarin yang mengumpulkan tugas dari tiga puluh dua siswa hanya satu siswa." Beliau menghela nafas sejenak. Ngambil nafas takut ntar gak kuad nafas. Hehe.

Oh jadi perkara kemarin.

Jadi bu Siska ngasih kita tugas gitu. Dan kita kelupaan. Serempak satu kelas. Risma yang pinter kek gitu aja lupa. Tya yang bener-bener rajin juga lupa. Okta yang biasanya selalu punya contekan dari kelas lainnya juga nggak tahu apa-apa. Lah apalagi gue?.

Si Haris pagi-pagi dateng ke meja gua. Dari gayanya dia kek mau nagih utang. Eh, ternyata mau pinjem buku gue. "Ta, pinjem buku lo yang kemarin ada PR?"

Sewaktu itu gue lupa. "Lah, yang mana deh Ris?" Si Haris mendengkus kasar. "Yang dari Bu Siska itu loh. Jangan bilang nggak ngerjain lagi. Dasar ogeb!"

"Astaughfirullah Ris! Lupa gue. Lo sih ngapain ngingetinnya baru sekarang. Kemarin kek di GC." Si Haris justru naruh tangannya di dahi gue. Dan dijitak gue. Sakit oy. Apalagi tangannya si Haris kek cakar ayam gitu kan.

"Gue sih inget. Tapi lupa ngerjain."

"Ah sama aja tai. Tanya Risma kali aja udah selesai."

Dan secara kebetulannya. Nggak ada anak yang ngerjain barang satu soal pun. Kecuali... Adit. Maz hitz kelas XI MIPA 2 itu udah ngerjain guise. Tapi berhubung Adit ini cem Alien rupanya. Jadi gue pun ragu untuk nyontek. Dan sekelas pun akhirnya gak ngerjain berjamaah. Kek terawih kan tuh? Haha.

Kelas ArchimedesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang