Perempuan ini

102 6 0
                                    

______

Ah perempuan ini, selalu saja membuatku salah tingkah sendiri meski chat yang ia berikan hanya sebuah urusan resmi, bukan pribadi

______

Suasana makan malam kali ini kian berbeda. Tak hanya ada Ayah, Ibu, dan Aku. Kali ini ada Kak Ari dan Kak Aisyah. Mereka sedang berkunjung kerumah. Biasanya hanya untuk sekedar menengok Ayah dan Ibu.

"Kata Ari, tadi kamu dianterin pulang sama laki-laki ya Mi?" Tanya Ayah pada saat semua sudah menyelesaikan makannya. Ibu dan Kak Aisyah tengah membereskan alat bekas makan, awalnya aku akan membantu, tapi Ayah mengajakku bicara, maka akan lebih baik jika sebaiknya aku mendengarkan Ayah terlebih dulu.

Aku mengangguk menanggapi pertanyaan Ayah sebelumnya. Apa yang dilakukan Kak Ari, dengan memberi tahu Ayah itu sudah benar. Sebaiknya tak ada yang disembunyikan antara kami.

Kuangkat arah pandangku menghadap wajah orang tersebut. Pasalnya kuyakin jika itu adalah Ayah, karena Kak Ari tidak sedang berkunjung hari ini.

Huh!!!! Aku mengeluarkan nafas lega saat ternyata orang tersebut adalah Kak Ari. Kak Ari mengernyitkan keningnya saat mrlihat tingkah anehku, kemudian beralih pada laki-laki yang sedari tadi pasti menyaksikan gelagat ketakutanku.

Kak Ari juga sama seperti Ayah sebenarnya. Jika aku bersama dengan seorang laki-laki kemudian mereka tak tahu siapa laki-laki tersebut, maka mereka akan mengintrogasiku agar memberitahu siapa dia. Setelah itu akan menceramahiku agar aku tak terlalu dekat dengan laki-laki jika belum ada ikatan sama sekali.

Kak Ari sebenarnya tak se-over protective Ayah, maka dari itu setidaknya aku merasa sedikit lega tadi. Ke-protective-an Ayah dan Kak Ari tak menganggu sedikitpun aktivitas sosial ku dengan orang lain, khususnya laki-laki.

Aku tahu mereka hanya ingin yang terbaik untukku, maka aku beruntung memiliki 2 orang laki-laki sekaligus yang menjagaku. Jika Ari ada, mungkin dia orang ketiga yang akan menjagaku.

"Dari mana aja, Mi?" Tanya Kak Abi langsung. Ia tampak khawatir saat melihat pakaianku yang sudah basah kuyup karena hujan.

"Maaf sebelumnya" Sela Kak Abi sebelum aku menjawabnya. Jujur aku tak ingin berbohong pada Kak Ari, tapi apa aku harus menceritakan padanya jika aku dari toko buku dulu bersama Kak Abi? Aku takut ia marah.

"Tadi saya mengajak Dhira pulang bersama saya. Tapi saya mengajak Nadhira ke toko buku terlebih dulu. Dan dijalan hujan, jadi kami meneduh sejenak, maaf jika saya membuat Nadhira pulang terlambat" Kak Abi menjelaskan alasan secara detail. Aku menggigit bibir bawahku, takut jika Kak Ari akan marah.

"Siapa kamu?" Tanya Kak Ari pada Kak Abi. Seberapa banyak pertanyaan lagi sih Kak Ari?. Sungguh jika Kak Abi pergi lebih cepat maka akan semakin baik.

"Saya Abidzar, Teman se-organisasinya Nadhira!" Jawab Kak Abi. Kak Ari mengagguk faham. Aku segera memotong pembicaraan antara mereka agar tidak lebih panjang dengan menyuruh Kak Abi untuk segera pulang.

Beruntung Kak Abi bukan orang yang banyak ritual dan bukan type orang yang so akrab dengan orang lain, jadi saat aku menyuruhnya pulang,Kak Abi segera pamit untuk pulang. Aku berterimakasih sebelum itu, sambil mengatakan bahwa jaket yang ia pinjamkan akan kukembalikan nanti, agar aku dapat mencucinya terlebih dulu.

________

"Cuma temen, Mi?" Tanya Kak Ari yang main nyelonong aja masuk ke kamarku tanpa assalamualaikum. Untung aku belum mengambil aba-aba untuk membuka baju, jika sudah. Habislah riwayatku. Sepertinya jawaban yang Kak Abi lontarkan tadi belum sepenuhnya ia percayai.

[SB I] Terperangkap Dalam Tanya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang