Pernyataan

54 2 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahiim
Copyright Baits_
-Terperangkap Dalam Tanya-
_____________________

"Ya Allāh aku tahu skenariomu sempurna. Namun jika sudah serumit ini, bagaimana aku menghadapinya?"

_____

JANTUNGKU serasa telah pergi dari tempatnya saat sekitar sejengkal lagi jarak mobil itu hampir akan menyentuh tubuh Kak Abi. Dan jika itu terjadi, entah apa yang akan dialami Kak Abi di detik selanjutnya.

Namun Allāh masih menolong Kak Abi. Dia memberikan pertolongannya lewat seorang pria dengan kemeja warna hitam yang kontras dengan jas putih khas Dokter yang dipakainya.

Rasanya aku dapat bernafas lega setelah kejadian buruk yang hampir saja menimpa Kak Abi tidak terjadi. Berkali kali aku mengeluarkan nafas secara kencang.

Aku belum menghampiri Kak Abi. Kak Abi juga terlihat sedikit shock. Pria yang menolongnya sedang berbicara dengan pengendara yang hampir saja menabrak Kak Abi. Kuyakin bukan untuk menghakiminya, namun meminta maaf terhadapnya.

Aku menghampiri Kak Abi dengan siap melontarkan amarah. Bagaimana aku tidak marah?, dia sudah membahayakan nyawanya hanya karena sebuah makalah.

"Kamu tidak apa apa?" Tanya pria penolong Kak Abi yang menghampiri Kak Abi lebih dulu dari pada Aku.

Aku belum melihat wajah pria itu dari tadi. Posisinya berdiri, selalu saja membelakangiku.

"Tidak apa apa," Begitulah jawaban Kak Abi yang kudengar. Syukurlah. "Terimakasih banyak telah menolong saya. Saya tidak tahu dengan cara apa lagi saya harus berterimakasih,"

Orang itu terlihat menganggukan kepalanya. "Bersyukurlah pada Allāh. Hal ini terjadi atas kehendak-Nya. Saya pamit. Assalamualaikum" Salam orang itu.

"Waalaiakum salam!........

...Fahri!" Kak Abi mengatakan kata 'Fahri' tepat saat Aku melihat wajah orang itu, karena ia membalikkan badan.

Pandangan mata kami bertemu seketika. Cukup lama. Hingga di saat itu aku merasa seperti terbawa ke alam lain, yang membuatku merasa bahwa aku sangat mengenal Fahri. Ah lupakan tentang hal itu. Itu tidak mungkin. Ini baru pertemuan kedua kami. Mana mungkin aku sangat mengenalnya. Entah mengapa di saat itu, Mata Fahri pun mengunci pandangan terhadapku.

Astagfirullohaladzim! Terlalu lama aku memandang manik hitam milik Fahri. Aku segera memalingkan wajahku ke arah lain. Sedangkan Fahri pergi begitu saja meninggalkan aku dan Kak Abi. Abaikan tentang Fahri.

Tatapanku mulai menajam setelah mendapati Kak Abi yang sedang memegang makalahku. Sepertinya ia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya beberapa menit lalu.

"Ikut aku Kak!"

Kak Abi hanya menoleh, lalu mengikuti kemana langkahku menuju. Aku membawanya kegedung dibelakang kampus. Tempat yang seharusnya dipakai juga untuk menimba ilmu. Namun karena cukupnya fasilitas di gedung yang ada didepan, jadi tidak dipakai. Disini sepi. Jadi tak kan ada yang mendengar pembicaraan antara aku dan Kak Abi. Kak Abi tak berbicara. Sepertinya ia menunggu aku yang memulai.

"Kenapa Kak Abi ngelakuin hal bodoh kaya tadi?" Aku memulainya tanpa basa basi sama sekali. Kak Abi nampak terkejut dengan apa yang aku katakan. Dahinya terlihat bergelombang. Aku sadar kalimat yang kukatakan bukanlah sebuah pertanyaan, kalimat tadi lebih tepat sebagai kata makian.

"Hal bodoh?" Tanyanya dengan sebuah penekanan dengan nada ketidak percayaan. Kerutan di keningnya terlihat lebih jelas.

"Ini!" Sentakku. Aku merebut makalah yang berhasil diselamatkan Abi dan hampir membuatnya celaka, kemudian mengacungkannya tepat dihadapan Kak Abi. "Seharusnya Kak Abi biarin aja makalahnya rusak. Atau kalaupun Kak Abi memang ingin ambil, jangan dengan cara bodoh kaya tadi! Itu jalan raya Kak! Bukan gang yang hanya sedikit kendaraan yang bisa lewat. Kendaraan kendaraan besar berlalu lalang di jalan raya!" Entahlah rasanya aku ingin memarahinya. Tak peduli jika ia lebih tua dariku.

[SB I] Terperangkap Dalam Tanya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang