Mengapa?

63 4 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahiim
Copyright Baits_
2018
-Terperangkap Dalam Tanya-
_________________

"bukan kah hati mudah terbolak balik dan gemar menyembunyikan sesuatu? Bagaimana dengan kebersamaan mereka yang mungkin saja bisa menyebabkan keduanya saling mencinta?"
_____

AIRYN rupanya benar-benar terkekeh ingin mendengar penjelasan dariku tentang siapa Ari. Bahkan setelah aku menjawabnya ia tetap mencurigaiku. Mencurigai bahwa aku berbohong. Sungguh aku tak berbohong Airyn. Aku tak berbohong telah menjawab bahwa 'Ari adalah Kakakku'.

Kak Ari memang Kakakku. Tak ada kebohongan sedikitpun dalam hal itu.

Namun aku memang berbohong. Berbohong pada kenyataan bahwa Ari yang aku maksud dalam notes itu adalah Kakakku. Kau benar. Bukan Ari itu yang aku maksud. Ari yang lain yang aku maksud. Kalian tahu sendiri bukan Ari mana yang aku maksud?

Bagaimana aku bisa merindui orang yang baru saja bertemu dan bertengkar denganku tadi pagi?

"Kamu gak bohong kan?" Tanyanya memastikan. Ya Allāh, berapa kali lagi ia akan menanyakan pertanyaan yang tidak berbeda?

Dari tadi aku tak berani menjawab. Aku hanya menggeleng atau mengangguk sebagai jawaban untuknya. Semoga itu cukup mewakili sebagai jawaban.

"Kalo kamu gak percaya Ari itu kakak aku, kamu bisa tanya sama Zalfa. Sekalian sekarang kita cari Zalfa dimana Ok!" Aku benar-benar ingin segera mengakhiri drama tak berfaedah ini. Bahkan akan menghasilkan dosa untukku karena terus berbohong. Airyn tampak berfikir. Sepertinya ia berfikir apakah ia masih ingin melanjutkan keraguannya, atau mencari Zalfa untuk memastikan. Hingga akhirnya ia memilih pilihan kedua. Syukurlah.

Aku dan Airyn berjalan mencari Zalfa, disertai obrolan-obrolan kecil tentang bagaimana Airyn selama dirumah neneknya. Kami mencari Zalfa kekelasnya. Namun nihil, kami tak mendapati bayangannya sama sekali.

Kami beralih mencarinya pada telpon. Ralat. Bukan mencari Zalfa di telpon, namun mencarinya dengan menelponnya.

Airyn menelpon Zalfa menggunakan handphone miliknya. Sepertinya Zalfa mengangkatnya.

"Zal? Kamu dimana?"

"..."

"Yaudah aku kesana ya?"

"..."

"Ok. Assalamualaikum" Airyn menutup pembicaraan lewat telponnya pada Zalfa. Airyn mengatakan Zalfa dimana. Kami langsung berangkat menuju tempat dimana Zalfa berada.

Kelasku dimulai sekitar satu jam lagi. Jadi kuputuskan ikut Airyn untuk menemui Zalfa di perpustakaan fakultas keperawatan.

Ternyata benar. Zalfa ada disini. Aku tersenyum tak percaya. Sejak kapan seorang Zalfa berpindah haluan tongkrongan dari kantin menjadi perpustakaan? Tapi syukurlah.

Aku dan Airyn duduk disamping kanan kiri Zalfa. Mengapit tubuh zalfa yang ramping.

"Sejak kapan kamu berubah haluan?" Airyn sepertinya juga sepemikiran denganku. Terheran dengan gelagat Zalfa yang biasanya hanya dapat bertahan sebentar di perpustakaan, kini menjadi seseorang yang seperti memang terbiasa dengan perpustakaan.

"Aku gak males-males amat Ryn!" Zalfa menjawabnya dengan biasa saja. Tapi rasanya, dari nada bicaranya seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan.

Entahlah apa yang kurasakan. Tapi kupikir Zalfa bersikap aneh dari kemarin. Apa yang membuatnya seperti itu, aku masih tak mengerti. Haruskah aku bertanya?

[SB I] Terperangkap Dalam Tanya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang