Pengorbanan

50 2 2
                                    

Sebelumnya, saya mau mengucapkan
"SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1440 H"
-Mohon maaf lahir & bathin-
Taqobbalallohu minna wa minkum

______________________

"Maafkan aku jika terlihat mengkhianatimu. Tapi sungguh ada alasan besar di balik tindakanku"

.........🍁

TIDAK terasa waktu cepat sekali berlalu. Sekitar seminggu lagi, statusku benar-benar akan berganti. Hari demi hari kulalui dengan telinga yang dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan seputar pernikahan. Sungguh, terkadang aku merasa jengkel karena aku sendiri tidak ingin jika pernikahanku seribet ini.

Mau cateringnya dari mana, undangannya seperti apa, hiasan gedungnya bagaimana, rasanya pertanyaan-pertanyaan itu terus memutari otakku. Padahal Fahri sudah menyewa wedding organiser untuk mengatur semuanya.

Aku sendiri mewanti-wanti jika aku hanya ingin pernikahan yang sederhana karena tidak ingin terlalu sibuk. Makanya aku tidak banyak berkomentar dan hanya mengiyakan apa yang dikatakan Ibu dan juga Kak Aisyah yang lebih antusias dalam memanage apapun yang bersangkutan dengan segala urusan pernikahanku.

Kemarin lusa undangan baru sampai ke rumahku. Tidak banyak sebenarnya undangan yang sampai ke rumahku, karena kami hanya mengundang beberapa orang yang bersangkutan dengan Ayah, Ibu, dan aku. Berbeda dengan keluarga Fahri yang banyak mengundang para petinggi perusahaan, teman-teman Fahri di rumah sakit, dan masih banyak lagi.

Beberapa undangan yang ada di rumahku sebagian sudah dikirimkan. Dan rencananya hari ini, aku ingin memberikan undangan sendiri kepada seseorang yang penting di hidupku, yang belum sempat kuberitahu jika aku telah menerima lamaran seseorang dan akan segera menikah. Airyn. Sahabat terbaikku.

Ini hari minggu, jadi ku pikir Airyn tidak sedang sibuk. Aku berencana mengajaknya bertemu di salah satu caffe tak jauh dari rumah sakit tempat Airyn bekerja.

Aku penasaran bagaimana reaksinya saat ia mengetahui jika aku akan menikah dan aku baru memberitahunya. Jujur, karena terlalu banyak memikirkan hal-hal berat, aku lupa untuk memberi tahu sahabatku tentang apa yang terjadi.

Tak berselang lama setelah kedatanganku ke caffe, Airyn pun tiba dengan jas dokternya yang disingsingkan di lengannya. Aku terkejut saat Airyn tiba, Airyn langsung menampakkan wajah merah padam seolah tengah memendam amarah. Wajahnya tidak dihiasi sedikitpun senyuman. Tidak seperti biasanya.

"Apa ini..." sentaknya padaku saat ia baru tiba sambil membantingkan sesuatu yang familiar di mataku ke meja. Aku bingung harus menjawabnya dengan apa. Aku baru ingin memberinya hari ini, lalu dapat dari mana ia barang itu?

"Aku pikir kamu sahabat terbaik aku, Dhir!" ucapnya dengan nada kecewa yang sangat kentara. Aku tahu aku salah karena aku baru memberitahunya. Tapi ia harus mengerti apa alasanku bisa lupa memberitahunya.

"Aku baru mau kasih tahu kamu hari ini, Ryn, maaf karena aku baru mau kasih tahu kamu," jawabku berharap Airyn dapat meredakan emosinya. Hingga ia belum duduk sedari tadi.

Airyn membalas dengan tersenyum sinis. "Aku gak keberatan kamu mau kasih tahu aku kapan aja. Tapi yang membuat aku keberatan adalah karena kamu mengkhianati aku." Apa yang ia maksud mengkhianatinya?

"Maksud kamu, Ryn?"

"Dulu, kenapa kamu menolak cinta kakak aku?! Karena  orang yang kamu cintai Ari, Dhir?! Dan aku membiarkan kamu menyakiti kakak aku karena aku ingin kamu melanjutkan perjuangan kamu untuk bertemu dengan cinta kamu, Ari?! Terus sekarang kenapa kamu mau nikah nggak sama Ari?! Huh?! Kenapa?!" tanya Airyn menggebu-gebu mulai meluapkan emosinya. Bahunya turun naik dalam ritme yang cepat. Aku tidak pernah memikirkan hal ini. Aku tidak pernah memikirkan tanggapan Airyn akan seperti ini. Selama ini, aku tidak pernah melihatnya semarah ini.

[SB I] Terperangkap Dalam Tanya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang