"Aku tak tahu lagi bagaimana cara untuk melupakannya. Maka dari itu aku mohon ya Allah secepatnya hilangkan rasa itu dariku untuknya. Agar Aku tak perlu lagi membuat-Mu cemburu"
____________
Pernah dengar kata menunggu?. Tentu pernah bukan?. Namun banyak orang yang terkadang sangat lemah dan sering mengeluh saat menunggu.
Bagaimana jika ku katakan menunggu itu indah? Mengapa? Karena kupikir dengan menunggu akan selalu ada rasa terselip, yaitu rindu. Mengapa aku menyukainya? Jawabannya adalah karena dengan rindu, pertemuan dengan seseorang yang ditunggu akan terasa lebih indah bahkan hanya dengan satu tatapan.
Aku tahu, kata orang tatapan adalah panah terdahsyat syetan bagi orang yang tidak diperbolehkan untuk menatapnya. Namun apalah dayaku yang hanya seorang gadis faqir ilmu dan faqir amaliyah ilmu. Aku tahu yang dilanggar namun terkadang aku tetap saja melanggar. Aku tahu yang diperintah namun terkadang tetap saja menyanggah.
Aku selalu menatap dua manik mata kecil itu dalam lamunanku. Lalu apakah itu masih tidak diperbolehkan?. Kulihat seorang anak lelaki mendekatiku.
"Hai Mi!" Sapanya saat dia melihatku duduk dikursi taman dekat rumah.
"Aku lama ya Mi?" Tanyanya memastikan apakah aku menunggunya dari tadi atau baru saja. Aku hanya menggeleng sebagai jawaban untuknya.
"Emangnya kamu mau apa ngajak aku ketemu disini?" Tanyaku penasaran. Pasalnya meski kemarin dia tidak memaksa ku kesini pun aku akan kesini. Namun tidak sekarang, seperti biasanya nanti sore.
Tiba tiba raut wajahnya menyisakan kesedihan. Entah apa yang ingin dibicarakannya yang jelas aku semakin penasaran.
"Aku mau pindah Mi" Aku sedikit tersentak akan ucapannya. Anak lelaki yang baru beberapa bulan berteman dengan ku tiba tiba saja ia akan pergi. Pertemanan kami memang baru namun setiap sore setelah pertemuan pertama kami. Aku dengannya semakin dekat.
"Kok mendadak sih Ri? Emang kamu bisa ninggalin aku ? Mau main sama siapa kamu nanti kalo nggak sama aku Ri?" Aku tak suka akan kabar kepergiannya. Dia bilang hanya aku temannya selama ini, Jadi, siapa yang akan bermain bersamanya. Selain itu siapa lagi yang akan bermain bersamaku setiap sore ditaman nanti?
"Tenang aja Mi, Aku janji akan kembali kesini. Aku janji akan pulang dan menemuimu. Kita akan bersama sama lagi nanti Aku janji. Tunggu saja aku! Aku hanya pergi sebentar kok. Kamu tunggu aku ya! Aku sayang sama kamu! Kamu jangan sayang orang lain, sayang aku saja. Setelah aku kembali kita akan langsung menikah Oke." Candanya sambil mengangkat satu jempol dihadapanku.
Bukannya bahagia aku malah menangis saat itu. Menikah? Itu artinya Dia akan lama pergi. Dan benar saja, ini adalah tahun ke sepuluh aku menunggunya. Dan tepat dihari ini, penantian ku harus berakhir, aku sudah tak bisa lagi menunggunya. Hari ini aku harus pergi ikut bersama Ayah dan Ibu ke Yogyakarta dan sekaligus untuk melanjutkan sekolahku di salah satu universitas yang ada disana.
Ayahku seorang kuli bangunan. Tapi beberapa hari yang lalu, teman Ayah menawarkan Ayah untuk menjadi mandor disalah satu konstruksi di Yogyakarta. Ayah menerima tawaran temannya. Agar tak jauh dari Ayah, Aku dan Ibu juga ikut ke Yogya. Selain itu kata Ayah, kita juga bisa dekat dengan kakak yang baru beberapa bulan ini menikah dan pindah ke Yogya.
Sebenarnya aku tak ingin ikut pergi, Aku tetap ingin menunggunya, seperti apa yang ku katakan diawal. Namun, tak ada gunanya juga aku tetap tinggal disini menetap tanpa tujuan dan menunggu tanpa kepastian. Untuk apa aku harus bertahan pada ucapan anak kecil? Untuk apa aku harus terus membodohi diri sendiri dengan candaan anak anak.

KAMU SEDANG MEMBACA
[SB I] Terperangkap Dalam Tanya [COMPLETED]
Acak[SUDAH TAMAT] Pernah dengar kata menunggu?. Tentu pernah bukan?. Namun banyak orang yang terkadang sangat lemah dan sering mengeluh saat menunggu. Bagaimana jika ku katakan menunggu itu indah? Mengapa? Karena kupikir dengan menu...