7. Ketika Kau Berada di Titik Terendah

1.8K 314 20
                                    

Renjun tengah mengalami minggu-minggu yang penuh kedepresian dengan tugas yang menumpuk. Seperti yang pernah disebutkan di awal, ia serius ingin mengejar gelar cumlaude. Semua tugas ia babat habis dan ia mengurangi waktu tidurnya dengan bergadang ditemani buku-buku tebal dan secangkir americano.

Di masa depresi itu, disanalah Renjun merasa sendiri. Rasanya tak ada yang membuatnya kembali bangkit, tak ada yang memberinya semangat untuk menapaki hari esok. Di saat itulah Renjun melirik sebuah cutter yang berada di ujung meja. Wajahnya masam dengan tatapan sendu lagi kosong. Terlihat jelas bahwa ia tengah berpikir akan hal buruk yang dapat ia lakukan dengan cutter itu.

Namun, Renjun bukan orang yang seperti itu. Dengan segera ia menggeleng, menepis pikiran negatif beriringan dengan layar ponsel yang menyala, menampilkan sebuah pesan.

Jeno:
|Renjun, mari kita bertemu. |Besok aku free, tidak ada kegiatan.

Tanpa sadar, Renjun melonjak senang. Ia tak sabar untuk esok.

🐾

Ini hari keberuntungan Renjun, pada akhirnya ia dapat bertemu Jeno, walau ia sempat menunggu selama setengah jam lamanya. Setidaknya itu semua terbalaskan ketika Jeno datang dengan tubuh terbalut mantel dan syal.

"Sudah berapa bulan?" Jeno terkekeh ringan dengan teh chamomile di tangan.

"Setahun," jawab Renjun dengan nada pura-pura marah.

"Oh, setahun rupanya," Jeno membalas, "seharusnya aku datang jika sudah satu abad saja."

"Kubunuh kau jika kau melakukan itu."

Jeno tertawa ringan menampilkan eye smile khasnya.

"Ngomong-ngomong Renjun," Jeno merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil, "selamat ulang tahun. Kapan aku ditraktir?"

Renjun terdiam. Ia menatap kotak kecil yang telah terbungkus kertas kado dengan rapi. Jujur, ia sangat senang sekaligus terharu begitu ia menyadari bahwa masih ada yang peduli padanya.

Di titik terendahnya, seseorang datang membawa semangat padanya, mengangkatnya dari lubang keterpurukan dan membantunya untuk menapak kuat di hari esok.

"Te-terima kasih," bahkan tenggorokan Renjun tercekat karena saking senangnya, "sekarang saja traktirannya. Kau mau apa sekarang?"

🐾

Sampai di flat-nya, Renjun buru-buru melepas sepatunya dan segera pergi ke kamar. Setelah mengambil posisi ternyaman, Renjun bersiap dengan sebuah cutter, hendak membuka hadiah pemberian Jeno.

Begitu dibuka, Renjun langsung menemukan secarik kertas dengan tulisan yang khas. Renjun berdecak sembari tersenyum, tulisannya tidak pernah berubah dari dulu, pikirnya.

Renjun mengabaikan teknik membaca cepat yang pernah diajarkan gurunya saat SMP. Ia membaca setiap kata dengan penuh penghayatan.

Yo, Renjun!

Jadi, kau berulang tahun? Tambah tua saja, ya. Ngomong-ngomong, aku masih ingat impianmu tentang gelar cumlaude itu. Yah, aku hanya bisa mendoakan agar impianmu itu terwujud.

Aku juga ingin meminta maaf. Selama beberapa hari ini, aku sangat sibuk. Sebenarnya sangat ingin bertemu denganmu hanya saja kesibukan tidak mengijinkan :)

Hadiah dariku memang simple namun ku harap ini dapat membuat kita saling mengingat.

Kau tahu Renjun? Aku merindukan 'kita'.

Dari aku,

Jeno no jam

Jeno no jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐾

Perlukah aku dobel up kayak si BuddyRosey? Lagi spaneng fisika pula

As your promise, babe, please update too :) Nathelhan

Ciao!

HOME; Renjun + 00 Line NCT [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang