"KAAAK! TEMANMU DATANG!"
Renjun berguling ke samping sembari menutup telinganya dengan guling, "BERISIK! SURUH NAIK SAJA, SIH!"
Renjun cukup penasaran dan heran. Di hari ketujuh ia dirawat oleh Eiran, akhirnya ada yang datang menjenguknya. Siapa orang itu Renjun tak tahu. Kepalanya masih terasa pusing sampai sekarang sehingga ia enggan untuk keluar dari kamar.
Siapa, sih? Renjun bertanya dalam hati, tidak mungkin mereka, kan?Tak lama, kepala Eiran menyembul ke dalam, "Kak, aku suruh dia masuk ke sini tak apa, kan?"
"Tak apa," balas Renjun sembari membenahi posisinya, "memangnya siapa, sih, yang datang?"
"Katanya teman sekampusmu, Kak," kemudian Eiran tersenyum tak jelas dan merendahkan nada suaranya, "dia tampan sekali."
Renjun langsung tahu siapa yang berkunjung, "ya sudah. Suruh saja ke sini. Tidak baik ia berlama-lama denganmu."
"Ei, apaan?" Eiran mencibir kemudian melenggang pergi.
Sembari menunggu, Renjun berusaha mengubah posisinya menjadi posisi duduk. Tak lama sampai tamunya itu melongokkan kepala kemudian tersenyum sampai matanya menghilang.
"Yo!" sapanya lalu melangkah masuk, "aku bawa beberapa buah namun langsung dirampas oleh adikmu."
"Mau apa kau ke sini?" tanya Renjun, "perangkat game-ku sudah ku lelang tahun kemarin."
"Memangnya hidupku hanya tentang game saja?" Hyunjin merengut, "tapi, memang benar sih. HAHAHAHA."
Tidak lucu. Receh. Haha.
"Jadi? Kau belum menjawab pertanyaanku," ujar Renjun.
Hyunjin terdiam sejenak menilai Renjun, "dari kemarin ponselmu tidak bisa dihubungi. Kemudian aku dapat kabar kalau kau sakit."
"Ah, ponsel," balas Renjun, "ponselku mati. Sengaja kumatikan."
Hyunjin kembali terdiam. Kali ini wajahnya tidak konyol seperti biasanya. Wajahnya terlihat serius, benar-benar bukan tipikal dari Hwang Hyunjin.
Ngomong-ngomong, lucu ya: Huang Renjun dan Hwang Hyunjin.
"Ada masalah?" tanya Hyunjin, "yah, Eiran sempat bercerita sedikit denganku."
Renjun terdiam menatap lurus ke arah tembok, tak berminat untuk menjawab. Entahlah, semangat hidupnya setengah sudah menguap beberapa hari ini. Ia bahkan merasa tubuhnya sekarang amat lelah, butuh istirahat yang panjang.
"Hmm," Hyunjin mengamati raut wajah Renjun, "ya sudah. Tak apa jika tidak mau bercerita."
Hyunjin kini ikut menatap lurus ke tembok, terdiam sepeti Renjun.
"Jadi, sepertinya kau juga ada masalah," Renjun merenggangkan badan, "jangan ikut-ikutan aku, ah. Seram."
Hyunjin mencebik, "memang benar, ya. Seorang Huang Renjun pandai membaca pikiran."
"Mitos," balas Renjun dingin, "seorang Hwang Hyunjin saja yang mudah ditebak."
Hyunjin mengerutkan bibir kemudian terdiam.
"Cerita saja," hasut Renjun.
"Yah, sama seperti masalahmu," Hyunjin tersenyum masam, "aku ada masalah dengan seorang teman lamaku. Kami sama-sama memiliki gengsi yang tinggi. Tak seorang pun di antara kami yang mau meminta maaf. Hingga suatu hari, Seungmin, temanku yang lain mempertemukan kami. Ia menyuruh kami untuk merenungi kesalahan dan saling meminta maaf. Namun, kami hanya terdiam, saling memandang sampai pada akhirnya hubungan kami sedikit renggang."
Renjun terdiam. Sedikit merasa tertohok.
"Sekarang kami sudah canggung sekali. Kami sudah tidak ada waktu untuk bertemu. Ia sosok yang mudah mencari teman baru, sehingga keadaan sedikit tidak memungkinkan untuk menjadi dekat lagi," Hyunjin menutup ceritanya dengan senyum kecut.
Pandangan Renjun beralih kepada Hyunjin, "dia ada di kampus kita?"
"Tidak," balas Hyunjin, "kalau tidak salah ia satu kampus dengan temanmu yang bernama Jaemin."
Ah, begitu. Di dalam kepalanya, Renjun telah membuat beberapa kemungkinan siapa orang yang dimaksud Hyunjin.
"Ya ampun, maaf!" Renjun terkejut sendiri mendengar permintaan maaf Hyunjin yang tiba-tiba, "seharusnya aku menghiburmu. Aku malah menambah bebanmu dengan ceritaku."
Renjun tertawa melihat wajah bersalah Hyunjin. Ia baru sadar kalau temannya memang tampan, seperti apa yang Eiran katakan. Jika saja Renjun perempuan, maka ia pasti--
--oke, pikiran Renjun mulai melambung jauh.
"Santai saja," balas Renjun, "aku malah merasa menjadi orang yang dipercayai olehmu."
Hyunjin kembali tersenyum. Justru ia sekarang terkekeh, menambah kadar ketampanannya.
"Ngomong-ngomong," Hyunjin menatap pergelangan tangan Renjun, "itu nampak seperti gelang pasangan. Apa aku benar?"
Renjun mengikuti arah pandangan Hyunjin. Sontak ia terbungkam, mengingat kisah di balik gelang yang melingkari pergelangan tangannya.
Jaemin. Renjun memiliki gelang couple dengan Jaemin. Gelang itu menjadi pengingat betapa eratnya hubungan keduanya.
Namun kini--
"Yap, kau benar. Ini gelang couple."
--semua terasa hambar.
Setelah cukup lama, akhirnya up jutaMenunggu lanjutan milik kalian mosseuu Nathelhan
Btw, baru sadar kalo yang baca udah nyentuk angka tiga ratus, vote juga udah sampai seratus :')
Terharu, makasih banyak semua :')
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME; Renjun + 00 Line NCT [✓]
Fanfiction[COMPLETE] Ingatlah bahwa aku akan selalu mendukungmu disini, ingatlah bahwa aku akan selalu menjadi rumahmu. cover by: athaeral