Ting!
Renjun yang tengah dalam posisi ternyaman mengerang malas. Ia mengeluarkan diri dari gelungan selimut dengan tangan yang menggapai nakas, bergerak acak mencari ponselnya. Kepalanya pusing, berulang kali ia harus mengerjapkan mata sebelum memfokuskan lensa mata pada cahaya ponsel.
Renjun terkena flu. Payah sekali memang. Pada musim liburan, Renjun malah sakit. Ia terlalu banyak belajar sehingga di waktu bebas belajarnya ia justru drop, membuatnya menghabiskan hampir seminggu di dalam rumah.
Haechan:
|DEMI TUHAN RENJUN
|KAU SAKIT?!Renjun mengeryit diikuti dengan bersin. Pesan penuh capslock dari Haechan membuatnya bertanya-tanya, dari mana Haechan tahu bahwa ia sakit? Renjun tak aktif di akun media sosialnya selama beberapa bulan ini, tak ada satupun keterangan yang menunjukkan kepada orang lain bahwa ia sakit. Jadi, darimana Haechan tahu?
Renjun:
Tahu dari mana?|
Read.Respon cepat dari Haechan mau tak mau membuat Renjun tersenyum kecil. Seharusnya ia merasa tambah pusing ketika sinar ponsel mengenai matanya, namun kali ini tidak. Ia malah berlama-lama memegang ponselnya, menunggu respon berikutnya dari Haechan.
Haechan:
|BUKA PINTUNYA, SIALAN
|AKU LELAH BERDIRI TERUSMata Renjun membelalak membaca pesan terbaru Haechan. Hampir tersandung selimut, Renjun berlari cepat menuju pintu, sesekali berpegangan pada tembok agar tidak terjatuh. Ia menekan password dengan cepat dan segera membuka pintu, menampilkan sosok Haechan yang tengah tersenyum kecut kemudian bersikap pura-pura sedang marah.
"Kalau saja kau sedang tidak sakit, sudah ku ajak berantem kau dari tadi."
"Ayo, aku sih mau saja. Kapan, dimana? Di lapangan belakang?"
Haechan menepuk bahu Renjun, "saat sakit kau menjadi gila, ya," kemudian Haechan masuk ke dalam dan sibuk melepas sepatu.
Renjun sibuk tersenyum saja saat Haechan mengedarkan pandangan, menilai flat-nya. Renjun jarang menghabiskan waktu di flat, sejujurnya. Sebagian besar waktunya habis untuk kegiatan kampus. Flat hanyalah tempatnya untuk tidur, selebihnya ia lakukan di luar flat.
Berangkat ke flat, pulang ke kampus. Begitu yang teman Renjun bilang, Hyunjin, ketika menilai kegiatan Renjun yang super padat.
Perhatian Renjun teralihkan saat Haechan meletakkan bungkusan yang sedari tadi dibawanya.
"Aku sempat membeli sup dan obat tadi," ucap Haechan lalu sibuk mengeluarkan barang yang ia beli, "belum makan, kan? Sudah kuduga."
Renjun tersenyum simpul. Ia menempatkan diri di kursi dan bersiap memakan sup yang diberikan oleh Haechan.
"Jangan terlalu sibuk, makanya," tukas Haechan, "begini, nih, jadinya sakit."
"Cerewet," sungut Renjun. Kepalanya kembali terasa berat.
"Sakit waktu liburan," Haechan mencibir, "payah."
"Terserah aku," sahut Renjun, "tidur juga liburan."
"Cih," balas Haechan, "bodoh. Katanya mau jadi cumlaude tapi otaknya bodoh."
"Hei," Renjun berpura-pura hendak menyiram sup ke kepala Haechan.
"Makan saja, makan. Iya, iya, aku akan diam."
Sejujurnya, Renjun lebih suka Haechan cerewet kali ini. Aneh memang. Saat Joey, anjing milik tetangga menggonggong, rasa pening menyerangnya sampai tanpa sadar Renjun melempar sandalnya pada anjing itu. Untung saja si empunya tidak melihat aksi Renjun. Tapi kali ini, Renjun merasa senang-senang saja mendengar celotehan Haechan yang dua kali lebih berisik dari gonggongan Joey.
"Oh, hampir lupa," Haechan menepuk keningnya sebelum mengaduk-aduk isi kantong plastik dan mengeluarkan sebuah kotak kecil, "telat memang. Happy B-day."
Kado kedua dan kebahagiaan Renjun yang kedua.
"Original. Aku yang membuat."
Renjun tak peduli mau Haechan yang membuat atau toko yang membuat karena baginya adalah rasa tulus Haechan. Renjun tersenyum lebar sebelum mengambil kotak kecil itu dari Haechan.
"Terima kasih. Ku rasa pusingku sudah berkurang sekarang."
🐾
Sebelum tidur, Renjun selalu menatap langit-langit sambil berangan-angan maupun mengingat kejadian unik di hari ini. Malam ini, yang Renjun ingat adalah kenangan masa kecilnya. Disaat ayahnya tengah membuatkannya ayunan kecil yang terbuat dari kayu. Ayahnya sesekali bersenandung, membuat Renjun kecil perlahan ikut menyamakan nada dengan ayahnya.
Hari itu, ketika ayunan telah berdiri kokoh, sang ayah berbisik pelan padanya:
"Orang akan berubah tetapi kenangan tidak. Kenangan itu memiliki dua opsi: mempersatukan atau memisahkan. Nah, Nak, kau harus pandai dalam membuat kenangan itu. Kau harus pandai dalam memperhitungkan akibat dari kenangan yang kau buat. Semua pilihan ada di tanganmu. Pikirkan baik-baik, jangan menyesal di kemudian hari."
Renjun berguling memeluk bantalnya. Dengan mata yang semakin meredup, Renjun berbisik dalam hati mendoakan kedua orang tuanya disana agar beristirahat dengan tenang.
Jadi,
Ada yg tau Hyunjin?
Ga?
Ya udah, gapapa.
Aman malah, ga ada yg rebut :3
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME; Renjun + 00 Line NCT [✓]
Fanfiction[COMPLETE] Ingatlah bahwa aku akan selalu mendukungmu disini, ingatlah bahwa aku akan selalu menjadi rumahmu. cover by: athaeral