14. Ketika Setia Berubah Menjadi Muak

1.7K 288 14
                                    

Renjun kelelahan. Setidaknya itu prediksi Eiran tiga hari yang lalu. Adik Renjun itu melarang Renjun untuk pergi kemanapun. Ia selalu mengawasi pergerakan Renjun. Pokoknya, Renjun sama sekali tidak boleh keluar dari rumah.

"Mau kemana?"

Begitu yang Eiran ucapkan ketika melihat kaki Renjun yang menyentuh lantai. Tubuhnya sudah separuh keluar dari selimut.

"Ck, kamar mandi," balas Renjun ogah-ogahan.

Eiran menggeser tubuhnya dari hadapan Renjun. Membiarkan kakaknya berjalan perlahan menuju kamar mandi. Huang Eiran menghela napas panjang saat pintu kamar mandi tertutup.

"Ku kira ia ingin kabur dari sini, ck," gumam Eiran, "berlebihan sekali aku ini."

Tak memakan waktu sepuluh menit, Renjun keluar dari kamar mandi. Ia berjalan dengan tertatih dan satu tangan memegangi kepalanya. 

"Kenapa, Kak?" Dengan sigap Eiran merangkulkan tangan kakaknya ke pundaknya, memapah Renjun, "pusing?"

"Pusing," balas Renjun seraya mengerjapkan mata, "...amat pusing."

Perlahan, Eiran membaringkan tubuh kakaknya ke kasur. Ia segera berlari menuju dapur, mengambil obat dan segelas air kemudian bersegera menuju kamar kakaknya.

"Minum ini," perintah Eiran, "untung tadi kau sempat makan."

Renjun menurut saja. Pusing yang menderanya cukup parah. Ia merasa sangat pusing. Renjun sendiri tidak tahu mengapa ia bisa merasa begini, padahal menurut Eiran ia hanya kelelahan biasa.

"Apa Kakak kebanyakan minum kopi?" asumsi Eiran, "jujur, deh, dalam sehari Kakak minum berapa gelas kopi?"

Renjun mengingat-ingat, "eum, lima?"

Eiran melotot, "itu banyak, pantas saja! Kakak lupa kalau Kakak juga pernah pusing seperti ini karena terlalu banyak mengonsumsi kafein?"

"Iya, iya, bawel," sungut Renjun, "sudah sana sekolah saja. Tambah pusing aku jika mendengar celotehanmu."

"Ei, tidak berterima kasih sekali," Eiran balas bersungut, "tidur saja sana. Pokoknya aku pulang ke sini kau harus dalam keadaan terlelap. Wajib, tak mau tahu."

Kemudian dengan langkah kekanakannya, Eiran melangkah pergi dari rumah Renjun. Renjun menggeleng kecil melihat tingkah adiknya yang tidak pernah berubah itu. Setelah mendengar suara pintu terkunci, barulah Renjun menarik selimutnya, bersiap untuk tidur.

🐾

Sebenarnya Renjun pun dilarang untuk bermain ponsel oleh Eiran. Namun, bergetarnya ponsel Renjun secara terus-menerus memaksa rasa penasaran Renjun untuk keluar. Renjun memincingkan mata saat melihat jam dinding. Oh, satu jam lagi Eiran pulang, masih sempat.

      

      

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HOME; Renjun + 00 Line NCT [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang