05 - 2 : PERINGATAN BAHAYA

19 3 0
                                    

BLUK, seseorang melompat dari balik tempat sampah. Gerakannya cepat seperti bayangan. Itu bukan manusia, hanya itu yang Ha El pikirkan. Dan tiba-tiba dia ada di hadapan Ha El. Ha El sungguh. Ternyata dia manusia, laki-laki.

"You! Why are you here? Theyre know you." (Kau! Kenapa kau di sini? Mereka mengenalimu.) Dia mengira Ha El ini adalah Ha Ni.

"Neo nuguya?" (Kau siapa?) Ha El tak mengenalnya.

Lebih dari yang terakhir kali, ini mengejutkan. "Kau mengerti bahasa Korea?"

"Tentu saja. Seumur hidup aku tak pernah keluar Korea. Kau siapa?"

Jun Seong nampak panik, dia terus melihat ke sekitar. "Ikut aku. Ini bahaya."

Ha El menolaknya tepat saat Jun Seong hendak menarik tangannya, "Bahaya? Bahaya apa?"

"Mereka! Orang-orang yang memukuliku kemarin itu! Mereka datang lagi untuk menagih hutang janjiku."

"Lalu apa hubungannya denganku?"

Jun Seong frustrasi. Kenapa orang ini tak bisa menyimpulkan sendiri?! "Mereka pernah melihatmu. Kalau kalian bertemu, mereka akan memanfaatkanmu. Kau tidak mengerti?"

Seseorang yang mengaku pernah bertemu, berbahasa Inggris denganku. Dia terkejut saat mendengarku berbahasa Korea, artinya sebelumnya dia dan aku bicara dalam bahasa Inggris. Ada bahaya. Dipukuli kemarin malam. Oh!

Ha El tiba-tiba berlari.

"Hey, kau mau ke mana? Bahaya!!"


Ha Ni berpegang erat pada semua barang bawaannya. Matanya tak bisa diam. Tenggorokannya tak henti membuat gelombang. Ha Ni ketakutan. Dia diserang.

Setidaknya delapan orang. Pria berpakaian tak karuan, berkumpul melemparkan senyuman. Di antaranya bahkan memegang pukulan yang ... tidak mungkin mereka akan benar-benar melayangkannya, kan? Ha Ni sungguh ketakutan.

Tak bisa meminta pertolongan. Ini bagian taman hiburan yang paling tidak menjanjikan. Lampu-lampu sebagian telah dipadamkan. Jadi, apa yang harus Ha Ni lakukan? Diam-diam Ha Ni menelepon Ha El, dengan video call.

"Jun Seong-i eodinji alji?" (Kau tahu di mana Jung Seong, kan?) kata salah seorang yang berjaket kulit hitam.

"Malhae! I-gae-jib-eya!!" (Jawab! Jalang!!) pria yang celananya sobek-sobek mendesak Ha Ni.

Satu pun tak ada yang Ha Ni mengerti.

"Ha Ni-ya!" terdengar suara Ha El dari balik telepon.

"Malharago!!!" (Jawab!!!) sentak pria yang celananya sobek-sobek.

Beruntung, Ha El bicara pada saat yang hampir bersamaan dengan pria celana sobek-sobek menyentak. Jadi suara Ha El dari balik telepon tak kedengaran. Ha Ni menyembunyikan handphone-nya di belakang badan. Dia menyorotkan handphone-nya itu ke sekitar, mungkin bisa jadi petunjuk bagi Ha El supaya bisa datang ke tempatnya ini.

"Ah, michigettne jinjja. Jugeulae?!!" (Ah, aku bisa gila. Kau mau mati?!!)

Ha Ni mengerjap pada setiap kalimat dari mereka, meski tak tahu artinya.

Ha El mengamati layar dengan seksama. Ini bukan di tempat terakhir kali mereka berpisah tadi. Di mana? Ini di mana?

"Malhae, i-michin-nyeon-ah!!" (Jawab, Gadis Gila!!)

Gambarnya bergetar. Gemetar. Itu artinya Ha Ni semakin ketakutan.

Ha El makin tak tenang.

Jun Seong datang. "Hey, ayo lari!"

"Lihat ini!" Ha El menunjukannya.

"Eodi-ya? Jun Seong-i eodi ittnyago?! Jun Seong-i aljanha, Jun Seong-i!!! Molla?" (Di mana? Di mana Jun Seong?! Kau kan kenal Jun Seong. JUN SEONG!! Tak tahu?)

Jun Seong mengeryit, "Apa ini?"

Ha El memberi tahu, "Wajah yang pernah kau temui ini, Ha El menunjuk wajahnya sendiri, adalah kembaranku. Cepat, kita harus lakukan sesuatu!"

Jun Seong terkejut. Dia segera fokus untuk mengamati video call. "Utara! Ini bagian utara. Ada wahana yang belum selesai dibangun di sana."

"Ayo."

YOU KNOW WHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang