"Eomma, ada sesuatu yang ingin aku perlihatkan padamu." Ha Ni yang masih duduk di semester akhir sekolah dasar menunjukan hal tak biasa yang terlihat sangat biasa di mata ibunya. Foto Ha El.
Ellie menatapnya. "Kapan kau pernah bergaya seperti ini? " Itu terlalu tomboy untuk Ha Ni. Kemeja pendek, rompi tanpa lengan dan celana yang berakhir tepat sebelum lutut. Juga rambut. Kapan Ha Ni memotong rambut?
"Benar. Itu bukan aku." katanya, mengagetkan sang ibu.
"Dari mana ... dari mana kau dapatkan ini?"
"Seorang teman di internet. Dia tampak begitu mirip denganku. Aku ingin tahu, apakah Eomma tahu sesuatu?"
Tatapnya mengharap jawaban yang sangat membantu. Ellie bimbang, haruskah ia beri tahu putrinya? Bagaimana? Bagaimana jika mereka ingin bertemu? Mereka tak boleh--
"Dia kakakku atau adikku?" Ha Ni bertanya.
"Kakak? Bukan." Ellie terkecoh.
"Jadi dia adikku?" Ha Ni menyimpulkan.
"Bukan. Tolong. Aku tidak mau membahas ini denganmu." Ellie belum menyiapkan apa pun untuk terjadinya kejadian semacam ini, putrinya bertanya dan bahkan menemukan keberadaan saudara kembarnya. Dia bangkit seketika dan memasuki kamar.
Ha Ni tak bisa mencegah ibunya bangkit pergi dari pembahasan ini, padahal banyak sekali yang ingin Ha Ni ketahui tentang ini. Ha Ni yakin dia dan gadis dalam foto itu adalah saudara kembar. Kenapa Ibu tidak mau membahasnya? Pasti ada alasan di balik semuanya, pikir Ha Ni.
Sementara Ha El tak membalas pesan-pesan yang dikirimnya, dia terus berusaha bertanya pada ibunya. Ha Ni memilih waktu yang tepat untuk membahasnya. Dia selalu bertanya dan bertanya tentang saudara kembarnya. Ibunya pun menyerah dan menceritakan semuanya.
"Dia kakakmu. Kau adiknya. Ha El. Eun Ha El namanya, dan kau Eun Ha Ni." Ellie mengungkapnya dengan sangat cepat, seolah marah dan sangat terdesak.
"Eun Ha Ni?" Ha Ni melupakan namanya sendiri.
"Tapi," Ellie harus mencegahnya berbuat lebih banyak lagi, "kau tidak boleh memberi tahu dia."
"Hm?" Ha Ni tak mengerti maksudnya.
"Bagaimana ya menjelaskannya?" Ellie dilanda panik. "Kau—kalian tidak boleh bertemu. Jangan. Bahkan tak boleh saling tahu."
"Kenapa?" Ha Ni ingin tahu.
"Karena ... karena akan berbahaya untukmu. Tidak, untukku, untuk semua orang yang kau tahu. Kalian sama sekali tidak boleh bertemu. Dia ... apa dia mengenalimu?"
"Eh?" Sampai saat itu Ha El belum membalas pesan-pesan yang dikirimnya. Ha Ni tidak yakin Ha El telah tahu atau tidak. Ha Ni menggeleng.
"Bagus. Jangan bertemu. Kalian tidak boleh bertemu. Jika pun kebetulan bertemu, jangan kau beri tahu. Akan terlalu berbahaya bagimu. Aku ... tidak mau kehilanganmu. Hm?" Ellie memeluk wajah putrinya dengan haru. Siapa yang bisa menolak semua itu? Ha Ni pun membatu.
Ha Ni memberi tahu, :Kami bahkan belum berteman di internet. Dia tak pernah membalas pesan-pesanku. Mungkin belum membaca pesan dariku?"
Ellie semangat setuju. "Benar. Harus begitu. Jangan bertemu dan jangan saling berkirim pesan dalam bentuk apa pun itu. Kau mau ... menuruti kata-kataku, kan?”
Ha Ni mengangguk.
Baru kemudian balasan datang malam itu. 'Ibumu masih hidup? Dia tidak boleh kau beri tahu', tulis Ha El.
Ha Ni melihat ke arah pintu. Takutnya ada Ibu. Kenapa? Kenapa semua ribut tentang tidak boleh memberi tahu? Ha Ni jadi semakin ingin bertemu.
Sekarang Ha Ni hampir tahu alasan mereka tak boleh bertemu, meski dia belum menemukan petunjuk tentang tak boleh memberi tahu. Ha Ni hanya akan menunggu, karena sepertinya yang dikatakan Ibu bukan sekedar gertak atau mitos. Ha Ni hanya ingin membantu. Aku tak ingin kehilanganmu, yang hanya satu, saudaraku, kakakku.
Ha Ni dan Ha El tersipu di perjalanan.
Ki Ha melihatnya dari cermin. "Oh? Kalian sudah baikan ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU KNOW WHO
FantasíaYou Know Who. Tidak ada kaitannya dengan Voldemort dalam Harry Potter, tapi yah ... sedikitnya memang terciprati dari sana. Ide novel ini tercetus saat membaca novel Harry Potter dan nonton ulang drama korea The Great Queen Seondeok. Lalu tiba-tiba...