01 - 3 : PERCAKAPAN PENDEK

46 8 0
                                    

Dengan sendirinya, Ha El gemetar, jantungnya berpendar, pikirannya berpencar, dan tenggorokannya berselancar. Dia gugup. Bagaimana? Apa?

Ini adalah bengkel yang dipenuhi barang-barang berat, keras, dan kasar. Pakaiannya pun kotor. Ha El bercermin di potongan yang terlalu kecil untuk seluruh wajah. Dia menghapus coreng-coreng di pipi juga merapikan rambutnya yang pendek dan tebal. Karena repot, akhirnya dia ikat rambutnya itu dengan sembarangan.

Melepas baju bengkel dan berlari untuk menemui seseorang, tak pernah se-mendebarkan ini sebelumnya. Dalam perjalanan, Ha El teringat semua chat antara dirinya dan Ha Ni selama kurang lebih 10 tahun ini. Dia tak pernah menganggap serius ajakan bertemu Ha Ni, karena terlalu jauh dan terlalu tak mungkin untuk dijadikan kenyataan. Tapi ... anak itu benar-benar datang.

Sepuluh tahun yang lalu, untuk pertama kalinya, Ha Ni menulis pada Ha El: 'Hai, kau masih ingat dengan cerita mimpi yang kutulis di blog-ku beberapa bulan yang lalu? Tentang diriku yang bicara pada diriku sendiri dengan cara yang tidak biasa. Kau berkomentar di sana. Dan ... aku tidak tahu harus berkata apa.' Kemudian tulisan ini berubah menjadi obrolan pendek-pendek yang cukup panjang.

hael0678
:
Ya, aku mengingatnya.

kriesha99
:
Mungkinkah ... kau sudah tahu?

hael0678
:
Tentang apa?

kriesha99
:
Kau dan aku. Wajah kita.

hael0678
:
Ya. Aku cukup terkejut saat melihatnya. Wajah kita benar-benar mirip.

kriesha99
:
Mereka bilang, kita ini kembar.

hael0678
:
Hm, mungkinkah?

kriesha99
:
Mungkin saja. Kau tidak ingat?

hael0678
:
Setelah melihat fotomu, aku ingat. Eun Ha Ni.

kriesha99
:
Ya, Eun Ha El.

Percakapan terus berlanjut setiap malam di jam yang sama. Mereka semacam membuat janji. Awalnya mereka pun merasa luar biasa hingga setiap saat melihat foto satu sama lain yang mereka cetak sendiri di kamar masing-masing, di negara masing-masing.

Mereka membicarakan hal-hal yang tidak penting. Hobby, makanan favorit, penyanyi favorit, aktor favorit, hal yang paling ditakutkan, hal yang paling dibenci, dan lainnya. Hingga perlahan-lahan mereka bosan melakukannya.

kriesha99
:
Ha El, ayo kita bertemu.

hael0678
:
Untuk apa? Bukankah kita sudah bertemu?

kriesha99
:
Maksudku, yang sebenarnya. Bukan dunia maya seperti ini. Kau tidak penasaran tentang ... misalnya siapa yang lebih tinggi di antara kita?

hael0678
:
Tidak

kriesha99
:
Kenapa?

Cukup lama Ha El tak menjawabnya, karena tidak punya alasan yang cukup bagus untuk diterima. Selalu begitu setiap kali Ha Ni mengajak bertemu.

Baru dua tahun lalu, Ha El menemukan alasannya. Untuk apa? Kita hidup dengan baik selama ini. Kau bersama orang tua barumu di Kanada, dan aku bersama nenekku di Korea ini. Kita berada terlalu jauh untuk membuat janji bertemu di suatu tempat. Bukan begitu?

Sebenarnya Ha El merasa sedikit bersalah, entah kenapa, dan perasaan bersalah yang sangat besar pun pernah dia simpan pula untuk Ha Nisaat Ha Ni memberi tahunya tentang kematian ibunya, yang adalah ibu mereka.

Saat itu mereka berusia 13 tahun. Ha El belum tahu caranya menghibur. Dia tak membalas pesan Ha Ni hingga seminggu lamanya. Begitu juga saat Ha Ni memberi tahu tentang ayah tirinya yang akan segera menikah lagi. Padahal Ha Ni mengirim begitu banyak pesan tentang kebingungan langkah selanjutnya, kemarahan, dan rasa dikhianati. Padahal usia mereka 16 tahun saat itu, Ha El belum juga tahu caranya menghibur dan berkata-kata. Kali ini Ha Ni jauh-jauh datang kemari, dia tidak boleh mengecewakannya lagi. Setidaknya dia harus menjawab kedatangannya itu.

Napas terengah dan sedikit keringat bukan apa-apa dibanding perjalanan jauh yang ditempuh Ha Ni dari Kanada hingga kemari. Ha El menghentikan langkah cepatnya kira-kira dua meter di sebelah kiri meja yang Ha Ni dan Ki Ha tempati. Dia terlalu terengah-engah untuk menyapa.

Ha Ni otomatis berdiri menyambut kedatangan Ha El. Mereka bersama-sama memiringkan kepala kearah berlainan, berkedip bersamaan, dan berhenti bergerak di titik dan waktu yang bertepatan. Seolah mereka sedang bercermin.

"Ha-Ha El?" tanya Ha Ni, sangat hati-hati.

"Ha Ni-ya," sapa Ha El, akrab.

Hanya Ha Ni yang merekahkan senyum di bibir dan memancarkan cahaya gembira di mata, karena ... Aku tidak mati. Bertemu dengan wajah yang sama, aku masih tetap hidup. Ibu, mitos itu juga hanyalah mitos bagiku. Aku baik-baik saja ... batin Ha Ni.

Sedangkan Ha El, tatapannya dipenuhi keraguan dan cemas yang tak beralasan terhadap Ha Ni. Mungkin karena lelah berlari? Tapi ... sebenarnya arti dari tatapan itu adalah ... di antara kita berdua, siapakah yang kakak?

YOU KNOW WHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang