34. Taksempat!

66 3 0
                                    

Pukul tujuh pagi di sekolah, eskul majalah siswa. Sidin sedang menulis cerita Detektif Ichsan.

"Itu tangan tidak pegal apa, Sid?" sindir seorang teman.

"Yo, aku lagi sibuk. Plis lah ya jangan ganggu," Sidin menghela nafas. Kesal.

Dua jam kemudian, Sidin terpaksa menghentikan kegiatan menulisnya. Ada panggilan yang bersifat mutlak. Tugas drama PAI, latihan sampai sore.

"Aku hanya bisa sampai tengah hari, nanti kamu tak belikan risol segitiga," Sidin beralasan.

Kamu?

Risol segitiga?

Itu kata kunci, kode!

Perairan Kronjo.

Iwan mengawal kemudi, Ichsan menyetel teropong. "Wan, kita tidak terlihat mencurigakan, kan?" tanya Ichsan.

"Selama tidak berada di jalur kapal lain, dan kau tidak memakai seragam SMA," celetuk Iwan.

"Tapi aku detektif SMA," tegas Ichsan.

"Situ tidak lihat kapal atau perahu yang mencurigakan, toh?" Giliran Iwan bertanya.

Iwan menggelengkan kepala. "Sialan," umpatnya. "Teropong tua ini lensanya longgar lagi. Wan! Lihat kompas, 45 derajat dari utara, kecepatan penuh!"

"Ada apa!" sahut Iwan, mengalahkan deru mesin dan debur ombak.

"Kapal kosong! Satu kilometer di depan!"

"Hah?" Iwan banting kemudi, menyeimbangkan arah perahu dengan arus ombak. "Sialan!"

Perahu motor berguncang keras, menikung tajam. "Pegangan!"

"Kanan kapal barang!" sahut Ichsan tanpa harus mengangkat teropong, jaraknya tidak sampai seratus meter.

Iwan menikung ke kiri.

"Kiri kapal tongkang!" Ichsan jadi juru batu.

Iwan menikung ke kanan.

"Sekarang mana target!" tanya Iwan.

"Utara lurus!" Ichsan melirik spidometer. 20 knot, 36 kilometer per jam. Angka maksimumnya 30 knot. "Lajunya cuma segini? Wajar saja tidak terkejar!"

"Segini saja oyag!" tegas Iwan. "Mana berani tambah laju?"

Oyag = goncang.

"Seimbangkan perahu!" Ichsan menyeret jangkar di sisi lambung perahu ke arah haluan, menyeimbangkan berat mesin di belakang, kemudian menarik katup gas sampai mentok. "Kecepatan penuh! Maju!"

Ajaib, perahu motor kecil tua itu melaju mulus 30 knot.

"Bagus, target dalam jarak pandang," kata Ichsan. 500 meter.

"Sialan!" Iwan banting kemudi ke kanan. "Matikan mesin!"

"Taksempat!"

Detektif Ichsan 5 : The Runaway Prisoner.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang