24. Alasan Tersendiri.

68 3 0
                                    

"Kau tahu kesalahanku sebenarnya,"

Setelah berkata demikian, Sidin berlalu menuju kantin tanpa melirik ke belakang. Segera, sebentar lagi waktu istirahat habis.

Lembar lima ribu terakhir Sidin melayang untuk menepati pesan Rina, jangan sampai terlambat makan siang. Tanpa pikir panjang, Sidin membeli risol segitiga yang harganya sudah melonjak dua ribu dari tiga ribu Rupiah.

Teng! Teng!

Waktu istirahat sudah habis, ditandai dentang lonceng besi yang dipukul dua kali menggantikan bel yang biasanya diketuk.

Sidin berlari dengan langkah panjang kembali ke kelasnya yang jauh dari kantin. Kelas 10 IPA 1 terletak di lantai dua. Sidin melongkap anak tangga beberapa kali, terus berlari. Sidin hanya melambat sedikit ketika melipir ke samping mendahului seorang perempuan yang juga membawa risol segitiga dari kantin.

Apakah dia sekelas dengan Sidin? Entah. Sidin berlalu seakan-akan perempuan itu bukan siapa-siapa. Siapapun itu, meskipun mungkin saja dulu dia pernah mendapat tempat dalam relung hati Sidin.

Grek.

Sidin menyambar gagang pintu, tergesa ia membukanya. Sidin menghempaskan badan terlentang di atas dua bangku. Bangkunya sendiri dan bangku sebelahnya yang kosong berhubung Satya istirahat di ruang UKS.

Sidin melahap risol segitiga dengan perasaan tidak tenang. Sidin menyadari, seseorang tengah mengamati dirinya.

"Matamu berbicara, Ali Rasidin," lagi-lagi Rina. Perempuan itu menangkap suatu kilasan pada mata Sidin ternyata.

"Apa?" Sidin menghadap lawan bicaranya.

"Kau tengah merenungkan suatu hal tentang segitiga. Tiga sisi, tiga sudut. Jika salah satunya dihilangkan, bukan lagi segitiga," Rina menjelaskan. "Apa itu?"

Lagi, tebakan Rina tidak meleset.

"Entah," Sidin melirik sekilas pada risol segitiganya yang sudah habis separuh. "Bukan segitiga, melainkan satu garis yang menghubungkan dua titik,"

Rina menangkap kilasan mata Sidin yang berubah. "Aih, suatu penyesalan?"

"Ya," akhirnya Sidin mengaku.

"Belum terlambat selama masih bisa kau perbaiki," kata Rina, bijaksana. "Segeralah, selagi waktunya masih ada,"

"Kau bisa meyakinkanku?" Sidin tidak bermaksud berkata 'tidak yakin'.

"Ya, ada alasan tersendiri..."

Detektif Ichsan 5 : The Runaway Prisoner.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang